Jika menyebutkan salah satu franchise yang paling berpengaruh di era 2000-an adalah Yakuza atau Ryu Ga Gotoku. Di Indonesia sendiri seri ini mendulang popularitas yang begitu besar di era kejayaan PlayStation 2.
Sebelum mencoba game ini, ketika melihat cover art versi yang dirilis di Indonesia, kami sudah merasakan aura badass yang ada di game ini meski sejujurnya kami lebih suka cover art versi Jepang (mengapa ya cover art versi Jepang selalu lebih keren).
Anggapan kami ternyata sesuai ekspektasi. Game ini benar-benar menceritakan kehidupan Yakuza di negeri Sakura. Menariknya, meski mengambil tema yang gelap, penulisan ceritanya begitu apik. Kami bisa merasakan bagaimana ceritanya dapat dibangun begitu indah. Karakter Kazuma Kiryu juga sangatlah karismatik. Sosok yang stoik, tetapi sangat powerful.
Franchise ini sangat dicintai oleh banyak gamers. Dramatisasi narasi yang ditulis di game ini dapat membuat kami berempati dengan protagonis beserta orang-orang di sekelilingnya. Menariknya, kendati di seri ketujuh game ini memutar arah yang sangat bertentangan, seri ini masih tetap disukai. Bahkan, di balik perdebatan karakter protagonis baru yang memiliki karakter yang jauh berbeda dengan Kiryu, Kasuga memiliki penggemar setianya juga.
Di balik franchise yang menjadi jagoan SEGA ini, tentu saja ada perjalanan menarik yang mengiringinya. Maka dari itu, kami akan ceritakan secara singkat sejarah pengembangan game Yakuza atau yang sekarang dikenal sebagai Like a Dragon untuk versi bahasa Inggrisnya.
Sejarah Pengembangan Game Yakuza
Lahirnya Ryu Ga Gotoku
Akar dari Ryu Ga Gotoku Studio berawal dari masa penuh gejolak di tubuh Sega pada akhir 1990-an. Saat itu, Sega tengah merombak struktur internalnya demi menghadapi persaingan ketat di industri game. Pada Juni 1998, lahirlah divisi AM11—yang kemudian dikenal sebagai “R&D4”—di bawah komando seorang desainer visioner bernama Toshihiro Nagoshi.
Nagoshi sudah lebih dulu membuktikan kemampuannya lewat kesuksesan Daytona USA, sebuah game balap arcade yang menorehkan popularitas di tahun 90-an. Berkat reputasi ini, ia mendapat lampu hijau untuk memisahkan timnya menjadi kelompok yang lebih mandiri. Maka pada April 2000, berdirilah Amusement Vision, sebuah studio semi-otonom yang berada langsung di bawah kepemimpinan Nagoshi.
Amusement Vision tak butuh waktu lama untuk mencatat prestasi. Mereka meluncurkan Super Monkey Ball, yang kemudian disusul dengan proyek kolaboratif F-Zero GX bersama Nintendo (dua judul yang semakin mengukuhkan posisi Nagoshi dan timnya di peta industri game). Tahun 2003 menjadi momen penting berikutnya, di mana Sega melebur staf game non-sport dari studio Smilebit ke dalam Amusement Vision. Dari sinilah masuk talenta-talenta baru, termasuk Masayoshi Kikuchi, yang kelak berperan besar dalam perjalanan studio.
Dengan tim yang semakin solid, Nagoshi mulai memikirkan sesuatu yang lebih ambisius, yakni sebuah proyek baru, orisinal, dan khas Jepang. Dari ide inilah lahir konsep Ryū ga Gotoku atau versi Barat dikenal dengan nama Yakuza.
Namun, perjalanan menuju realisasi tidak berjalan mulus. Pada pertengahan 2004, Sega baru saja melebur dengan Sammy. Amusement Vision pun mengalami rebranding, berubah menjadi New Entertainment R&D Dept. Meski demikian, di bawah bendera baru ini, pada akhir 2005 mereka merilis game pertama Yakuza.
Tak butuh waktu lama, seri ini menunjukkan taringnya. Sega segera menyadari potensi besar Yakuza bukan hanya sebagai game, tetapi juga sebagai franchise berbasis karakter yang setara dengan Sonic the Hedgehog atau bahkan Mushiking yang populer kala itu. Catatan internal Sega pada 2006 bahkan menegaskan bahwa Yakuza “sudah menjadi franchise” dan diproyeksikan sebagai salah satu IP andalan perusahaan.
Di balik layar, terbentuklah fondasi tim kreatif yang akan membawa nama Ryu Ga Gotoku Studio di masa depan. Toshihiro Nagoshi, sang kreator sekaligus creative lead, menjadi pengarah utama visi artistik dan desain seri ini.
Di sisinya ada Daisuke Sato, produser veteran yang sudah lama menjadi kolaborator Nagoshi, yang bertindak sebagai produser seri sejak game pertama. Lalu ada Masayoshi Yokoyama, yang bergabung dengan Sega pada 1999. Ia bertanggung jawab atas skenario dan produksi Yakuza pertama, sebelum akhirnya menjadi produser reguler seri ini sekaligus direktur Ryu Ga Gotoku Studio.
Menuju ke Ryu Ga Gotoku Studio
Memasuki tahun 2008, Sega kembali melakukan restrukturisasi besar-besaran pada divisi pengembangan game konsolnya. Divisi-divisi ini diberi nomor, dan tim Nagoshi resmi menjadi bagian dari Sega CS1 R&D. Di bawah bendera CS1 inilah seri Yakuza terus berkembang. Setelah merilis Yakuza 2 pada 2006, mereka menghadirkan spin-off era samurai Yakuza Kenzan! di 2008, lalu melangkah ke generasi baru dengan Yakuza 3 pada 2009.
Periode ini juga melahirkan berbagai eksperimen. Selain meneruskan seri utama, tim mengembangkan judul-judul lain seperti Yakuza: Dead Souls (2011), sebuah spin-off dengan elemen zombie yang memperlihatkan keberanian studio untuk bereksperimen dengan formula mereka.
Sepanjang waktu ini, Toshihiro Nagoshi tetap menjadi sutradara kreatif sekaligus eksekutif, sementara Daisuke Sato melanjutkan perannya sebagai produser seri. Di sisi lain, Masayoshi Yokoyama mulai menancapkan pengaruhnya: pada 2010 ia sudah memproduseri Yakuza 4 dan sejak saat itu namanya tercatat di setiap judul Like a Dragon.
Popularitas Yakuza yang kian menanjak, terutama di luar Jepang, membuat Sega merasa saatnya memberi wadah khusus bagi franchise ini. Pada akhir 2011, Sega mengumumkan langkah besar: Nagoshi akan memimpin studio baru yang didedikasikan sepenuhnya untuk Yakuza.
Tanggal 31 Agustus 2011 menjadi tonggak bersejarah. CS1 resmi di-rebranding menjadi Ryu Ga Gotoku Studio, nama yang diambil langsung dari judul Jepang seri ini, “Ryū ga Gotoku,” atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Like a Dragon.
Pengumuman tersebut bertepatan dengan kabar bahwa Yakuza 5 untuk PlayStation 3 tengah dikembangkan, bersamaan dengan sekuel spin-off PSP Yakuza: Black Panther. Seperti dilaporkan Shacknews kala itu, Nagoshi mendirikan “sebuah studio yang sepenuhnya didedikasikan untuk menggarap Yakuza,” dan namanya pun jelas, yakni Ryu Ga Gotoku Studio.
Lahirnya Ryu Ga Gotoku Studio
Ryu Ga Gotoku Studio resmi berdiri pada 2011, ketika Sega memutuskan memberi identitas khusus bagi tim pengembang Yakuza. Logo studio ini pertama kali muncul lewat promosi Binary Domain (2012), dan sejak itu semua judul utama maupun spin-off Like a Dragon/Yakuza lahir di bawah benderanya, mulai dari Yakuza 5 hingga Yakuza 0 dan remake Kiwami. Studio ini tak hanya fokus pada seri utama, tetapi juga bereksperimen dengan proyek lain seperti Fist of the North Star: Lost Paradise dan Judgment.
Dalam perjalanannya, RGG Studio semakin memperkuat citra globalnya. Sega memperbarui logo pada 2018 agar lebih mudah dikenali internasional, sementara tim terus merilis game hampir tiap tahun dengan standar produksi tinggi. Mandat utama mereka jelas, yakni membangun, merawat, dan memperluas IP Like a Dragon.
Masayoshi Yokoyama, salah satu pilar kreatif sejak awal, bahkan menegaskan bahwa tugas Divisi Pengembangan Pertama Sega adalah memastikan Like a Dragon tetap tumbuh sebagai merek global yang kuat.
Tokoh-tokoh penting tetap menjadi penggerak di balik layar. Toshihiro Nagoshi sebagai kreator, Daisuke Sato sebagai produser, dan Yokoyama sebagai penulis cerita.
Dengan berdirinya studio baru, Sega akhirnya memberi tim Yakuza identitas merek yang jelas. Logo RGG Studio pertama kali diperkenalkan pada akhir Agustus 2011, dan debutnya terlihat dalam materi promosi Binary Domain yang dirilis pada Februari 2012. Sejak 2012, setiap entri baru dalam seri Like a Dragon/Yakuza resmi dikembangkan di bawah bendera baru ini, mulai dari Binary Domain (2012), Yakuza 5 (2012), Yakuza 0 (2015), Yakuza Kiwami (2016), hingga berbagai judul berikutnya.
Lahirnya Identitas Ryu Ga Gotoku Studio dan Pertumbuhan Awal (2011–2019)
Sepanjang periode ini, misi Ryu Ga Gotoku Studio tetap konsisten: membangun dan membesarkan IP Like a Dragon/Yakuza. Masayoshi Yokoyama kemudian menjelaskan bahwa mandat Divisi Pengembangan Pertama Sega adalah “mengasuh IP Like a Dragon, menangani branding dan promosi secara internal, sekaligus memperluas jangkauannya di pasar global.” Praktiknya, hal ini diwujudkan lewat rilis tahunan (hampir setiap tahun hadir judul baru) serta komitmen pada kualitas produksi tinggi dengan latar Jepang yang autentik.
Tokoh-tokoh kunci terus menjadi penopang studio. Toshihiro Nagoshi tetap memimpin visi kreatif, Daisuke Sato bertanggung jawab sebagai produser, sementara Masayoshi Yokoyama mengawasi penulisan cerita sekaligus produksi. Menjelang 2020, seri ini secara resmi berganti nama di pasar internasional menjadi Yakuza: Like a Dragon.
Transisi Kepemimpinan dan Hingga Sekarang
Pada akhir 2021, Ryu Ga Gotoku Studio mengalami perubahan organisasi terbesar dalam sejarahnya. Bertepatan dengan ulang tahun ke-10 studio, Sega mengumumkan bahwa pendiri sekaligus kepala studio, Toshihiro Nagoshi, akan meninggalkan Sega dan posisinya, bersama dengan produser lama Daisuke Sato.
Dalam pesan publiknya, Nagoshi menyampaikan, “Saat saya meninggalkan SEGA, saya juga meninggalkan posisi sebagai kepala Ryu Ga Gotoku Studio,” sambil berterima kasih kepada para penggemar atas dukungan mereka. Keduanya kemudian mendirikan studio independen bernama Nagoshi Studio pada 2022, meski terpisah sepenuhnya dari SEGA.
Sebagai penggantinya, Sega menunjuk Masayoshi Yokoyama, penulis dan produser veteran seri Yakuza, sebagai kepala baru Ryu Ga Gotoku Studio. Dalam pernyataannya, Yokoyama menekankan bahwa sebelum studio ini benar-benar berdiri kokoh, “Ryu Ga Gotoku pada dasarnya identik dengan Toshihiro Nagoshi,” namun ia bertekad melanjutkan warisan tersebut dengan visi baru. Pada tahun yang sama, Sega juga mendirikan basis sekunder bernama Sega Sapporo Studio untuk mendukung proyek online dan mobile.
Di bawah kepemimpinan Yokoyama, RGG Studio terus mengembangkan seri Like a Dragon/Yakuza dan berbagai spin-off. Identitas studio pun semakin matang dan tidak lagi sekadar “studio milik Nagoshi,” melainkan sebuah tim kreatif kolektif yang membawa franchise tercinta ini ke masa depan.
Seperti yang dikatakan Yokoyama, tujuan studio kini adalah “membawa hiburan terbaik melalui game kami” sambil tetap menjaga tradisi seri ini. Ke depan, RGG Studio tetap fokus memperluas merek Like a Dragon di Jepang maupun internasional, berlandaskan fondasi yang telah dibangun oleh Nagoshi, Sato, dan para veteran lainnya.
Game Yakuza atau Like A Dragon Terbaik
1. Yakuza 0
Jika kamu baru pertama kali memasuki dunia Yakuza, Yakuza 0 adalah pilihan yang tidak boleh dilewatkan. Game ini merupakan prekuel dari seri Yakuza yang menceritakan awal mula petualangan Kazuma Kiryu dan Goro Majima.
Seri ini mengambil latar belakang tahun 1988 di Tokyo dan Osaka. Bagi banyak penggemar, Yakuza 0 tidak hanya memberikan latar belakang yang kuat untuk karakter utamanya, tetapi juga memperlihatkan betapa rumit dan menyentuh dunia Yakuza yang penuh intrik dan loyalitas.
2. Yakuza Kiwami
Yakuza Kiwami adalah remake dari game pertama yang dirilis pada tahun 2005. Dalam versi ini, semua hal yang membuat game aslinya sukses telah diperbarui dengan grafis yang lebih baik, dialog yang lebih diperdalam, dan combat yang lebih seru. Kisahnya masih berpusat pada Kazuma Kiryu, yang keluar dari penjara setelah dituduh membunuh bos yakuza-nya.
Bagi kamu yang ingin merasakan nostalgia atau baru memulai perjalanan dengan seri ini, Yakuza Kiwami adalah pintu masuk yang tepat.
3. Yakuza Kiwami 2
Melanjutkan cerita dari Yakuza Kiwami, Yakuza Kiwami 2 merupakan remake dari Yakuza 2 dengan menggunakan Dragon Engine, yang sama dengan Yakuza 6.
Game ini memperkenalkan pertarungan yang lebih halus dan dunia yang lebih terbuka. Salah satu hal terbaik dari game ini adalah bagaimana karakter Goro Majima mendapatkan peran yang lebih besar dengan cerita sampingan yang kuat.
Dalam Yakuza Kiwami 2, intrik antar-klan yakuza semakin dalam dan konflik yang dialami Kiryu semakin intens. Jika kamu ingin melihat perkembangan karakter dari game sebelumnya, serta bagaimana teknologi modern membuat game ini terasa segar, maka Yakuza Kiwami 2 wajib masuk dalam daftar mainmu.
4. Yakuza: Like a Dragon
Salah satu game Yakuza yang paling berbeda dari seri sebelumnya adalah Yakuza: Like a Dragon. Dalam game ini, kamu tidak lagi bermain sebagai Kazuma Kiryu, tetapi sebagai protagonis baru bernama Ichiban Kasuga.
Selain itu, game ini juga mengubah sistem pertarungannya menjadi turn-based RPG, berbeda dengan action brawler yang menjadi ciri khas seri ini sebelumnya.
Yakuza: Like a Dragon berhasil membawa angin segar ke dalam seri tanpa kehilangan identitasnya. Ceritanya tetap kuat, karakter-karakter baru yang dihadirkan tetap menarik, dan gameplay-nya yang segar dari game Yakuza sebelumnya. Game ini cocok bagi penggemar RPG yang ingin mencoba seri Yakuza dari perspektif yang berbeda.
5. Yakuza 6
Sebagai game penutup untuk perjalanan panjang Kazuma Kiryu, Yakuza 6: The Song of Life menghadirkan cerita yang emosional dan epik.
Di game ini, Kiryu sudah keluar dari dunia yakuza tetapi kembali terlibat dalam masalah setelah mengetahui bahwa Haruka, gadis yang sudah ia anggap seperti anak sendiri, mengalami kecelakaan dan koma.
Yakuza 6 tidak hanya menawarkan kisah yang dramatis dan emosional, tetapi juga gameplay yang lebih halus dengan menggunakan Dragon Engine. Selain itu, kota yang bisa dieksplorasi juga terasa lebih hidup, dengan berbagai aktivitas sampingan yang seru.
6. Yakuza 3 Remastered
Jika kamu ingin merasakan kehidupan Kiryu setelah ia memutuskan untuk pensiun dari dunia kriminal, Yakuza 3 Remastered adalah pilihan yang tepat. Dalam game ini, Kiryu memulai hidup baru di Okinawa, mengurus sebuah panti asuhan. Namun, tentu saja, masalah tidak berhenti menghampirinya.
Walaupun grafis dan mekanik gameplay Yakuza 3 tidak semodern game-game terbaru, cerita yang dihadirkan tetap menyentuh hati, terutama bagaimana Kiryu berjuang untuk melindungi anak-anak di panti asuhan dan mengatasi tantangan dari dunia lamanya.
7. Yakuza 5
Jika kamu menginginkan pengalaman bermain yang lebih variatif, Yakuza 5 menawarkan lima protagonis yang bisa dimainkan, termasuk Kazuma Kiryu. Yakuza 5 memiliki llatar belakang cerita yang lebih luas dan melibatkan beberapa kota besar di Jepang.
Menariknya, setiap karakter di game ini memiliki cerita dan gaya bertarung yang berbeda. Ditambah lagi, kita bisa menikmati berbagai mini-game yang kreatif sambil menyelami plot yang penuh konflik antara berbagai klan yakuza.
8. Like a Dragon: Infinite Wealth
Like a Dragon: Infinite Wealth adalah salah satu game terbaru dalam seri yang dulunya dikenal sebagai Yakuza. Game ini membawa cerita yang melibatkan protagonis baru, Ichiban Kasuga, yang sebelumnya kita kenal dari Like a Dragon.
Di Infinite Wealth, pemain akan menjelajahi dunia yang lebih luas dengan alur cerita yang lebih mendalam, melibatkan berbagai konflik baru di bawah tanah dunia kriminal Jepang.
Inovasi utama dari game ini adalah pengembangan gameplay dan elemen RPG yang semakin diperluas. Penggemar dapat menikmati pertarungan turn-based yang kini dilengkapi dengan strategi lebih kompleks serta visual yang lebih memukau.
Selain itu, dunia dalam game ini tidak hanya terbatas pada Jepang, tetapi juga melibatkan latar tempat internasional, yang membuat skala permainan terasa lebih besar.
Bagi penggemar Yakuza dan RPG pada umumnya, Like a Dragon: Infinite Wealth menghadirkan pengalaman yang tidak boleh dilewatkan. Game ini menawarkan perpaduan antara narasi mendalam, gameplay inovatif, dan visual yang spektakuler, membuatnya menjadi salah satu game terbaik dalam seri ini.
Dari Yakuza 0 hingga Yakuza: Like a Dragon, seri Yakuza menawarkan storytelling sekelas film, sehingga kita bisa berempati ke setiap karakter-karakternya.
Selain Yakuza atau Ryu Ga Gotoku, kami juga suguhkan artikel lain yang membahas tentang game lainnya. Maka, jangan lupa untuk mengikuti Gameformia di sosial media kami, YouTube, Instagram, dan Facebook, untuk update terbaru seputar game-game lainnya!