Kompetisi konsol 16-bit semakin sengit ketika Super Mario mendapat tantangan dari Sonic the Hedgehog yang di kala itu menjadi wajah dari SEGA. Dengan desain karakter yang unik, sosok landak berwarna biru ini mampu mencuri perhatian gamer di era 90-an. Dua ikon video game ini adalah menjadi hal yang penting dalam membangun kultur ekosistem game di era tersebut.
Sonic bukanlah sekadar penantang Mario, tetapi juga alternatif akan sebuah ikon baru tak hanya di ranah video game, melainkan juga budaya pop dunia. Desainnya nampak badass, tetapi juga ramah anak. Popularitas karakter Sonic beserta semestanya, sempat diangkat menjadi seri animasi di era 90-an. Di Indonesia, seri ini pernah disiarkan di salah satu TV swasta. Mungkin tak hanya kami, gamers yang memainkan game Sonic juga gembira menyambut tayangan tersebut.
Selang hampir 3 dekade, Sonic hadir kembali, tetapi dengan format layar lebar. Film ini juga disambut hangat oleh penggemarnya meski sempat dikritik keras karena desain karakter Sonic yang tidak sesuai dengan aslinya. Setelah pihak produksi berbenah, film layar lebar Sonic sangat digemari.
Tentu saja, nama besar Sonic the Hedgehog tidak lepas dari kerja keras tim di belakangnya. Lalu, bagaimana proses Sonic dari awal hingga akhir? Ini dia pembahasan sejarah Sonic the Hedgehog!
Mengapa Harus Landak yang Mendasari Sonic the Hedgehog?
Masa kejayaan Nintendo Entertainment System semakin meredup, karena teknologi baru yang lebih powerful sudah mulai mengeluarkan tajinya. Sebuah perusahaan bernama SEGA yang sebelumnya tidak memenangkan pertarungan konsol 8-bit—melalui konsol bernama SG-1000 —menantang kedigdayaan kompetitornya yang kuat tersebut dengan konsol baru mereka bernama SEGA Mega Drive yang memiliki teknologi 16-bit. Konsol tersebut diluncurkan pada tahun 1989.
Dengan teknologi yang mampu menghasilkan grafis yang lebih cantik, atensi pun mengarah ke Mega Drive. Sayangnya, meski sudah mulai mendapatkan perhatian, ada satu yang kurang dari SEGA, yakni maskot yang menjadi wajah konsol mereka. Ya, Nintendo sudah dulu ada dengan salah satu maskot ikonik mereka bernama Mario.
Selain itu, Nintendo juga tengah mempersiapkan konsol 16-bit mereka. Tentu, kabar tersebut membuat tim dari SEGA tertantang. Melihat Nintendo memiliki Mario sebagai wajah konsolnya, desainer terbaik yang ada di tim SEGA Jepang sedang merancang sosok yang merepresentasikan perusahaan mereka melalui Mega Drive.
Pada tahap awal, tim desainer berjibaku dengan dasar desain karakter yang akan mereka jadikan maskot. Beberapa prototipe desain karakter berbentuk kelinci, armadilo, hingga manusia muncul.
Namun, ide tersebut tidak memuaskan hasrat tim SEGA Jepang. Akhirnya, sang desainer karakter, Naoto Oshima—yang sebelumnya bekerja dalam dua seri proyek Phantasy Star—menjadikan sosok landak antromorfis berwarna biru yang disepakati oleh Yuji Naka selaku pimpinan proyek yang juga sebagai desainer.
Meski sudah sepakat menjadikan landak berwarna biru sebagai maskot, desainnya beberapa kali berubah. Selain itu, landak tersebut masih bernama “Mr.Needlemouse”. Hasil akhir desain tersebut hadir dengan mata besar yang terhubung, sepatu merah, dan tubuh berwarna biru. Warna yang dipilih sangat cocok dengan logo SEGA.
Sementara, nama Sonic akhirnya dipilih karena melambangkan kecepatan dan terinspirasi dari speed of sound. Jika diibaratkan, Mario adalah sosok anak baik yang friendly, Sonic adalah sosok cool, nakal, tapi disukai. Menariknya, sosok Sonic ini hadir sebagai sebuah penghormatan untuk raja musik pop dunia, Michael Jackson.
Evolusi Game Sonic the Hedgehog dari Zaman ke Zaman
Selama tiga dekade, seri Sonic the Hedgehog telah melalui beberapa generasi gaming console. Bahkan, New York Times telah mencatat bahwa dalam dua tahun saja, Sonic sudah mampu menghasilkan pendapatan senilai 1 miliar Dollar Amerika Serikat. Kekuatannya sempat melampaui Nintendo, bahkan entitas yang raksasa seperti Disney. Berikut, evolusi Sonic dari zaman ke zaman:
- Era 16-bit: Pada Juni 1991, Sonic the Hedgehog dirilis di konsol Genesis dan langsung menggebrak pasar. Gaya permainannya sangat cepat dan sangat berbeda dengan Mario. Semesta yang ada di Sonic sangat warna-warni dan juga variatif, bagi pemain hal tersebut sangatlah segar dilihat mata. Lalu, kesuksesan game debutnya diteruskan oleh Sonic the Hedgehog 2 yang rilis setahun setelahnya. Di seri ini, Sonic ditemani oleh pendamping sekaligus sahabat bernama Tails.
Tak hanya itu, seri ini juga mengenalkan kemampuan spin dash. Di tahun 1993, SEGA memperkenalkan sebuah perangkat baru bernama SEGA CD. Karena tidak ingin melewatkan teknologi ini, SEGA merilis Sonic CD yang memperkenalkan beberapa elemen dan karakter seperti Amy Rose dan stage time-travel.
Di tahun 1994, seri Sonic diteruskan ke seri Sonic the Hedgehog 3 dan Sonic & Knuckles yang menghadirkan karakter bernama Knuckles yang merupakan sesosok antromorf dari ekidna. Selain game platformer, untuk menyandingkan Mario Kart, SEGA menggarap game Sonic Drift pada tahun 1994 untuk handheld konsol SEGA, yakni Game Gear.
- Transisi ke 3D: SEGA tak ingin melewatkan perkembangan teknologi terbaru yang mampu memproduksi grafis 3D. Sebelum itu, SEGA sempat memaksakan teknologi 3D ke dalam SEGA Mega Drive melalui Sonic 3D Blast (1996). Lantaran, teknologi tersebut tidak begitu mumpuni memproses visual 3D, game ini dirilis juga ke konsol 32-bit SEGA, yakni Saturn. Di tahun yang sama dengan perilisan Sonic 3D Blast, PlayStation dan Nintendo sudah terlebih dulu mengenalkan game 3D platformer mereka, yakni Crash Bandicoot dan Super Mario 64.
Di sini, SEGA sepertinya merasa tertinggal karena kompetitornya sudah terlebih dahulu menerima teknologi 3D dengan menghasilkan game 3D platformer yang bagus. Di sinilah SEGA dengan Sonic Team-nya merilis Sonic Jam—sebuah kompilasi 3 game Sonic di Mega Drive—untuk konsol 32-bit mereka dengan bintang utama Sonic World.
Sonic World bukanlah seperti Super Mario 64 dan Crash Bandicoot. Game ini lebih mirip sebagai museum interaktif yang berisi beragam mini-game alih-alih game penuh seperti milik kedua kompetitornya tersebut.
- Era Modern: pintu gerbang konsol 128-bit dibuka oleh SEGA dengan Dreamcast-nya. Di konsolnya terbarunya ini, SEGA ingin memiliki game Sonic the Hedgehog full 3D, lantaran di generasi sebelumnya belum terealisasi. Akhirnya, jadilah Sonic Adventure yang dirilis di tahun 1998.
Tak hanya visualnya saja, Sonic Adventure juga menyertakan voice acting. Ditambah lagi, game ini juga menyertakan multiple characters storyline. Sukses dengan Sonic Adventure, seri ini kemudian kembali diteruskan ke dalam sebuah sekuel berjudul Sonic Adventure 2 (2001). Di game ini beberapa karakter baru diperkenalkan, di antaranya: Shadow the Hedgehog dan Rouge the Bat.
Tak selamanya yang membuka pintu adalah yang sukses. Di tahun 2001, Dreamcast mengakhiri perjalannya sekaligus membuat SEGA menghentikan produksi gaming console. Setelah jatuhnya Dreamcast, SEGA memutuskan untuk lebih berfokus memproduksi game.
Sonic pun menyambangi beberapa kompetitornya yang masih bertahan di pertarungan 128-bit: Xbox, PlayStation 2, dan Nintendo GameCube. Pada tahun 2003, merilis Sonic Heroes—sebuah game platformer berbasiskan tim—untuk ketiga konsol tersebut dan juga PC.
Di era kejayaan GameCube, Sonic dan Mario begitu akrab. SEGA merilis kembali dua game Sonic Adventure di konsol generasi keenam dari Nintendo tersebut. Lalu, pada tahun 2005, rival sekaligus kerabat Sonic, Shadow the Hedgehog rilis tidak secara eksklusif. Ia hadir di tiga konsol generasi keenam.
Konsol generasi ketujuh dibuka oleh Xbox 360 dan PlayStation 3. Seri Sonic the Hedgehog juga turut merayakan kedua konsol tersebut melalui game berjudul Sonic the Hedgehog (2006).
Sayangnya, game tersebut tidak diterima dengan baik lantaran memiliki banyak bug, kontrol kamera yang buruk, serta cerita yang tidak ditulis dengan baik. Game Sonic the Hedgehog yang dirilis untuk PS3 dan Xbox 360 mendapatkan penerimaan yang buruk, begitu juga game setelahnya, Sonic Unleashed (2008) yang dirilis untuk Xbox 360, PS3, dan Nintendo Wii.
Bahkan, saking buruknya penjualan, game ini ditarik dari pasaran. Tahun 2010, Sonic kembali mencuat melalui game berjudul Sonic Colors untuk Nintendo Wii. Game Sonic ini mengangkat tema luar angkasa. Sebenarnya game ini tidak terlalu buruk, tetapi banyak gamers yang tidak merasa game ini berkesan.
Di tahun setelahnya, tepat pada 20 tahun usia Sonic, SEGA merilis Sonic Generations. Game ini mengombinasikan antara gaya retro Sonic generasi dulu dan 3D modern. Ternyata, konsep ini menorehkan kesuksesan bagi franchise ini. Di Steam, game ini mampu meraih rating 9 dari 10.
Dari kegagalan dan keberhasilan yang mereka terima dari franchise Sonic, SEGA terus bereksperimen dengan landak biru dan semestanya, meski tidak selalu berhasil. Mulai dari Sonic Lost World (2013) untuk Wii U dan DS, sebuah fan-driven game bernama Sonic Mania (2017), Sonic Forces (2022), Sonic Frontiers (2022)—yang mengedepankan aspek open world-nya—,Sonic X Shadow Generation (2024), hingga beberapa game Sonic yang mengusung konsep balapan seperti Sonic Racing (2019) dan Racing: CrossWorld (2025).
Catatan: sebenarnya masih banyak game Sonic the Hedgehog yang telah beredar di pasaran.
Sonic sebagai Ikon Pop-Culture
Jika melihat tiga film layar lebar Sonic the Hedgehog, sosok landak biru ini tidak hanya menjadi bagian dari ekosistem video game saja, melainkan juga budaya pop secara keseluruhan. Semua format telah dijajal oleh Sonic. Mulai dari serial animasi yang sempat populer di tahun 90-an, anime di tahun 2000-an, dan yang terbaru adalah live action yang sudah tayang tiga film.
Sebagai karakter yang memiliki popularitas secara global, Sonic telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar seperti LEGO hingga McDonald’s.
Uniknya, meski Mario dan Sonic sempat mengalami rivalitas yang amat sengit, keduanya pernah hadir secara bersamaan di dalam sebuah game seperti Mario & Sonic at the Olympic Games, Super Smash Bros., dan Sonic & All-Stars Racing.
Penutup
Lebih dari 30 tahun sejak kemunculannya, Sonic the Hedgehog tetap menjadi ikon dalam industri video game. Warna birunya yang ikonik, yang awalnya hanya untuk mencerminkan identitas visual Sega, kini menjadi simbol dari kebebasan, kecepatan, dan pemberontakan. Sonic berhasil mendefinisikan ulang maskot video game, membuka jalan bagi karakter lain untuk mengikuti jejaknya.
Dengan semua prestasi yang telah diraihnya, Sonic tetap relevan hingga hari ini, dan warna birunya yang khas akan selalu menjadi pengingat dari era di mana video game mulai mendobrak batasan kreatifitas dan inovasi.
Itulah sedikit cuplikan dari artikel dari Gameformia tentang salah satu karakter game paling ikonis dalam sejarang video game, Sonic the Hedgehog. Kalau kalian sedang mencari informasi terkait