Jika kamu adalah penggemar game RPG klasik, pasti sudah tidak asing lagi dengan Xenogears. Dirilis pada tahun 1998 oleh Squaresoft (sekarang dikenal sebagai Square Enix), Xenogears tidak hanya mendapatkan pengakuan karena gameplay RPG yang kompleks dan mendalam, tetapi juga karena alur cerita yang sangat filosofis dan penuh dengan tema berat.
Game ini berani mengangkat isu-isu seperti ketuhanan, eksistensialisme, dan psikoanalisis — sesuatu yang jarang ditemukan dalam game pada masanya. Di tengah tren video game yang biasanya menampilkan narasi heroik yang lebih mudah dicerna, Xenogears menantang status quo dengan menghadirkan kisah yang penuh teka-teki dan membutuhkan pemikiran mendalam.
Plotnya yang sarat dengan lapisan makna filosofis mengajak pemain untuk memikirkan kembali pertanyaan tentang keberadaan, identitas, serta hubungan manusia dengan entitas spiritual atau ilahi. Game ini mengundang para pemain untuk tidak hanya bertarung dengan musuh di layar, tetapi juga berhadapan dengan pertanyaan besar tentang makna hidup, tujuan, dan moralitas.
Dengan kompleksitas narasinya, Xenogears berhasil menciptakan pengalaman yang jauh melampaui batasan narasi RPG tradisional, menawarkan sesuatu yang lebih dalam dan reflektif bagi mereka yang siap merenungkan berbagai aspek spiritual dan psikologis dari kehidupan.
Latar Belakang Pembuatan Xenogears
Pengembangan Xenogears berawal dari ide yang diusulkan Tetsuya Takahashi dan istrinya, Kaori Tanaka, yang awalnya dimaksudkan sebagai konsep untuk Final Fantasy VII. Namun, ide ini ditolak oleh Squaresoft karena dianggap terlalu gelap dan kontroversial untuk franchise Final Fantasy. Takahashi kemudian diberi kebebasan untuk mengembangkan konsep ini menjadi judul yang berdiri sendiri, yang kemudian melahirkan Xenogears.
Dengan cerita yang ditulis oleh Masato Kato, Xenogears mengambil inspirasi dari berbagai sumber, termasuk filsafat Friedrich Nietzsche, teori psikoanalisis Sigmund Freud dan Carl Jung, serta gagasan religius dari agama-agama besar dunia. Pengaruh ini sangat terlihat dalam narasi game yang mendalam dan penuh simbolisme.
Meski dihadapkan pada masalah anggaran di tengah pengembangannya, yang membuat bagian akhir game terasa lebih terbatas dalam hal gameplay, Xenogears tetap diakui sebagai salah satu RPG terbaik sepanjang masa. Elemen cerita yang filosofis dan eksistensialis menjadi daya tarik utama bagi banyak pemain, yang membuatnya tetap dikenang hingga kini.
Mekanisme Gameplay: Pertarungan Manusia dan Gear
Dalam Xenogears, gameplay dibagi menjadi dua bagian utama: pertempuran berbasis manusia dan pertempuran dengan menggunakan Gear, robot raksasa yang bisa dikendalikan oleh karakter-karakter utama. Dalam pertempuran berbasis manusia, sistem Deathblow menjadi fitur utama, di mana pemain bisa merangkai serangkaian serangan untuk menghasilkan kombo yang kuat. Kamu harus secara cermat memilih kombinasi serangan untuk mengeluarkan kombo-kombo mematikan yang dibuka seiring permainan.
Pertarungan Gear menambahkan elemen taktis yang berbeda, karena pemain harus mengelola bahan bakar yang digunakan oleh Gear. Setiap aksi, seperti serangan atau bertahan, menghabiskan bahan bakar, sehingga pemain perlu merencanakan strategi dengan cermat agar tidak kehabisan sumber daya di tengah pertempuran.
Sistem gameplay ini memberikan kedalaman strategis yang unik, menciptakan dinamika yang berbeda antara pertempuran manusia dan Gear, sehingga permainan terasa bervariasi dan menantang.
Psikoanalisis dan Identitas: Pertarungan Batin Fei Fong Wong
Salah satu tema besar dalam Xenogears adalah pencarian identitas dan pemahaman diri, yang sangat erat kaitannya dengan teori psikoanalisis. Tokoh utama, Fei Fong Wong, adalah contoh karakter yang mengalami pergolakan batin mendalam sepanjang cerita. Fei tidak hanya harus menghadapi konflik eksternal — seperti pertempuran antar kerajaan dan organisasi rahasia — tetapi juga harus menghadapi trauma psikologis yang membelenggu dirinya.
Di sinilah unsur psikoanalisis mulai terlihat. Fei, sepanjang cerita, menghadapi berbagai aspek dari kepribadian dan alam bawah sadarnya. Dalam teori psikoanalisis Freud, ada tiga komponen utama dari kepribadian manusia: id, ego, dan superego. Fei, melalui berbagai peristiwa dalam game, secara tidak langsung memperlihatkan ketiga aspek ini. Dia bergumul dengan naluri dasarnya (seperti yang direpresentasikan oleh trauma masa lalunya), mencoba mencari keseimbangan antara dorongan emosional dan kebutuhan rasional.
Pengaruh Jungian juga sangat terasa, terutama dalam penggunaan arketipe dan simbolisme dalam cerita. Fei harus menghadapi “bayangannya” — bagian dari dirinya yang ia tolak atau tidak sadari — melalui karakter Id, manifestasi fisik dari trauma dan ketakutan terdalamnya. Konflik antara Fei dan Id tidak hanya menjadi pusat dari narasi, tetapi juga menjadi representasi dari perjuangan batin setiap individu untuk memahami dirinya dan menghadapi sisi gelap dari kepribadian mereka.
Fei juga menjalani apa yang disebut Jung sebagai individuasi — proses di mana seorang individu memadukan aspek-aspek sadar dan tidak sadar dari dirinya untuk menjadi pribadi yang utuh. Sepanjang cerita, Fei menghadapi kebenaran tentang masa lalunya, hubungannya dengan karakter Id, dan penerimaan dirinya sebagai pribadi yang lengkap. Proses ini tidak hanya memperdalam perkembangan karakter Fei, tetapi juga menambah lapisan kompleksitas yang jarang ditemukan dalam narasi video game pada masa itu.
Ketuhanan dan Eksistensialisme: Pencarian Makna di Dunia yang Kacau
Tema ketuhanan dalam Xenogears bukan hanya elemen sekunder, tetapi menjadi inti dari alur cerita keseluruhan. Sepanjang permainan, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dan hubungan manusia dengan entitas ilahi terus muncul. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah bagaimana Xenogears menggambarkan kepercayaan terhadap kekuatan yang lebih besar dan bagaimana kekuatan ini dapat memengaruhi kehidupan manusia.
Fei dan karakter-karakter lain dihadapkan pada entitas yang disebut sebagai “Deus”, sebuah mesin kuno yang dianggap sebagai dewa oleh banyak orang di dunia Xenogears. Namun, alih-alih menjadi sosok ilahi yang penuh kasih, Deus adalah representasi kekuatan destruktif yang dapat menghancurkan dunia. Dalam hal ini, game ini mengeksplorasi konsep Nietzschean tentang “kematian Tuhan” — di mana manusia harus menghadapi kenyataan bahwa Tuhan, atau entitas yang mereka sembah, mungkin tidak ada, atau setidaknya bukan seperti yang mereka bayangkan.
Simbolisme ketuhanan ini juga terhubung dengan tema eksistensialisme yang mendalam. Xenogears menantang pemain untuk merenungkan makna eksistensi dan peran manusia dalam dunia yang penuh kekacauan. Pertanyaan tentang kebebasan, nasib, dan pilihan moral terus diangkat, terutama melalui karakter-karakter utama seperti Fei dan Elly.
Mereka berulang kali dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang memengaruhi nasib mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Apakah manusia benar-benar bebas, atau apakah mereka hanya boneka yang digerakkan oleh kekuatan yang lebih besar?
Bahkan sistem naratif game ini penuh dengan simbolisme religius. Nama-nama karakter dan elemen-elemen cerita sering kali merujuk pada tokoh-tokoh dan konsep dalam berbagai tradisi agama. Misalnya, nama Fei sendiri bisa diinterpretasikan sebagai “terbang” dalam bahasa Mandarin, yang melambangkan pencarian kebebasan dan identitas.
Nama Deus jelas merujuk pada Tuhan dalam bahasa Latin, namun dengan representasi yang lebih ambigu dan destruktif. Semua ini memberikan Xenogears lapisan cerita yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan RPG konvensional.
Karakter Utama: Perjalanan Personal dan Spiritual
- Fei Fong Wong: Protagonis utama yang menderita amnesia dan terlibat dalam konflik besar di dunia. Ia memiliki kepribadian yang terpecah, dengan sisi gelap bernama Id yang mewakili trauma masa lalunya. Fei harus menghadapi Id untuk memahami dan menerima dirinya sepenuhnya.
- Elhaym “Elly” Van Houten: Prajurit dari Solaris yang menjadi sekutu dan kekasih Fei. Elly berjuang antara loyalitasnya kepada militer dan keinginannya untuk perdamaian. Hubungannya dengan Fei melambangkan cinta dan pengorbanan.
- Citan Uzuki (Hyuga Ricdeau): Dokter cerdas dan misterius yang berperan sebagai penasihat Fei. Mantan agen Solaris yang berpindah pihak, Citan berperan strategis dalam pertempuran dan menunjukkan moralitas yang kompleks.
- Bart Fatima: Pemimpin pemberontak yang energik dan impulsif. Dia berjuang untuk merebut kembali takhtanya dari Shakhan. Bart sangat setia pada teman-temannya meskipun kadang bertindak gegabah.
- Billy Lee Black: Pendeta dan pemburu iblis yang bekerja untuk gereja Ethos. Dia memiliki konflik internal terkait ayahnya yang meninggalkannya dan mempertanyakan otoritas gereja ketika kebenaran gelap terungkap.
- Maria Balthasar: Pilot Gear Seibzehn dan putri dari ilmuwan yang diubah oleh Solaris. Maria mengalami trauma karena kehilangan keluarganya, tetapi dia memiliki kekuatan besar dan memainkan peran penting dalam melawan Solaris.
- Rico Banderas: Manusia setengah mutant dari Nortune yang menjadi juara Arena Battling. Rico memiliki dendam terhadap ayahnya dan berjuang untuk diterima di dunia yang menolaknya.
- Id: Manifestasi dari sisi gelap Fei yang mewakili kemarahan dan trauma. Id adalah ancaman besar bagi dunia, dan pertempuran antara Fei dan Id menggambarkan konflik psikologis dalam diri Fei.
Kesimpulan
Xenogears adalah game yang melampaui batas-batas genre RPG dengan menyajikan narasi yang mendalam tentang ketuhanan, psikoanalisis, dan eksistensialisme. Dengan mekanisme gameplay yang kompleks dan cerita yang menggali tema-tema filosofis, game ini memberikan pengalaman yang jarang ditemukan dalam dunia game. Bagi kamu yang mencari RPG dengan cerita penuh makna dan gameplay yang menantang, Xenogears adalah pilihan yang tidak bisa dilewatkan.
Jangan lupa, jika kamu ingin terus mengikuti diskusi menarik tentang game legendaris seperti Xenogears, pastikan kamu mengikuti Gameformia di YouTube, Instagram, dan Facebook.