Beban yang begitu berat bagi Squaresoft ketika menggarap Final Fantasy VIII (atau FFVIII), di mana seri sebelumnya—Final Fantasy VII—mendapatkan resepsi yang begitu besar secara internasional. Namun, dalam penggarapan Final Fantasy ke-8 ini, Square mengambil alur cerita yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Bukan lagi berlatar kerajaan, bukan lagi tentang bagaimana korporasi eksplotatif, melainkan tentang anak SMA.
Pun desain karakternya yang bukan lagi bergaya anime seperti seri sebelumnya. Karakter Squall, Rinoa, Seifer, dan lainnya nampak seperti aktor rupawan. Penggunaan model 3D di seri ini begitu maksimal, sehingga pertama kali kami memainkannya, kami sangat kagum dengan visual dari FFVIII.
Kekaguman kami akan FFVIII ternyata tidak selalu sama dengan beberapa orang. Bahkan, beberapa menganggap seri ini sangat aneh lantaran mechanics-nya yang cukup berbeda. Dari berbagai pandangan tentang FFVIII, kami merasa seri ini begitu berkesan, terutama bagi generasi 90-an atau awal 2000-an. Dari keindahan yang disajikan Final Fantasy VIII, tentu ada perancangan yang begitu mendalam. Bagaimana game ini dirancang? Dan, bagaimana ide yang membangun game RPG PS1 satu ini? Mari kita bahas di sini!
Latar Belakang Pembuatan Final Fantasy VIII
Setelah Final Fantasy VII rilis di tahun 1997, Squaresoft membentuk tim yang dipimpin oleh Yoshinori Kitase, Shinji Hashimoto sebagai produser, Hiroyuki Ito sebagai desainer game, Tetsuya Nomura untuk departemen desain karakter, dan Yusuke naora yang bertugas untuk menjadi pengarah artistik.
Kesuksesan dari seri pendahulunya tentu menjadi tantangan yang cukup berat bagi Squaresoft. Namun, mereka dengan percaya diri mengambil langkah yang sedikit berbeda dari FFVII. Alih-alih menyajikan dunia dengan tone gelap, FFVIII memilih menggambarkan dunia yang lebih realistis dan cerah.
Sementara, desain karakternya juga tak lagi bergaya chibi seperti di game sebelumnya. Di FFVIII, karakternya tampak seperti manusia dengan tinggi standar homo sapiens modern—158cm (untuk perempuan) dan 168 (untuk laki-laki).
Selain bentuk karakternya yang realistis, yang paling menonjol dari Final Fantasy VIII adalah cutscene cinematic-nya yang sangat ditunggu-tunggu oleh pemain. Menonton FMV (full motion video) di game ini, seperti nonton film animasi 3D berkualitas, tetapi tanpa percakapan antar karakternya. Keindahan FMV yang ditawarkan oleh game RPG garapan Squaresoft ini digarap secara apik berkat teknologi motion capture yang mampu menangkap gestur dari setiap aktor yang kemudian ditranslasikan ke bentuk animasi 3D.
Dalam sebuah wawancara, Kitase menyatakan bahwa penggunaan motion capture adalah untuk memberi tantangan kepada timnya dan harus menghindari penggunaan perangkat lama dari FFVII. Ada yang menarik di balik pengembangan FFVIII ini. Awalnya, Yoshinori Kitase ingin FFVIII ini memiliki voice acting. Sayangnya, limitasi anggaran dan juga teknologi membatasi keinginan Kitase. Akhirnya, keinginan Kitase dapat terimplementasikan di FFX.
Tentu di setiap karya yang megah, ada sesuatu yang dibayar. Selama pengembangan, Squaresoft harus merekrut tim besar dengan waktu pengembangan yang juga sangat lama untuk sebuah ukuran game PS1.
Untuk penulisan cerita, Kazushige Nojime menjadi pimpinan dalam departemen ini. Di sini, Nojima ingin menekankan tema kisah romansa anak muda. Sementara, untuk artistik, FFVIII ingin mengedepankan percampuran antara realisme dan fantasi.
Plot Cerita Final Fantasy VIII
Cerita berfokus pada seorang lelaki berusia 17 tahun bernama Squall Leonhart yang bergabung ke dalam sebuah akademi tentara bayaran bernama SeeD. Squall Leonhart adalah remaja dingin dengan latar belakang yang cukup kelam. Di akademi tempat ia menempuh pendidikan, ia harus menghadapi rivalnya, Seifer Almasy. Rivalitas keduanya membuat mereka harus beradu pedang yang bernama Gunblade. Pertarungan yang awalnya hanya latihan, berubah menjadi pertarungan yang menumpahkan darah. Squall terlupa di bagian wajah dan membawanya ke sebuah klinik di sebuah akademi bernama Balamb Garden tersebut.
Di dunia FFVIII, terdapat sebuah sebuah negara benua dengan wilayah yang luas bernama Galbadia. Tak hanya luas, Galbadia memiliki kekuatan militer yang sangat masif. Dengan kekuatan memiliki kekuatan militer yang begitu kuat ditambah lagi memiliki pemerintahan yang otoriter, Galbadia menginvasi sebuah negara kecil bernama Dollet. Di sinilah Squall, di bawah instruksi Quistis Trepe, ditugaskan untuk mencegah invasi tersebut. Tugas ini merupakan tes terakhir bagi para siswa akademi tersebut untuk mendapatkan status SeeD secara resmi.
Lolosnya Squall menjadi anggota SeeD bukanlah akhir, melainkan awal dari semuanya. Di sinilah Squall harus menjalani hidup sebagai seorang SeeD.
Mechanics yang Berbeda dari sebelumnya
Salah satu elemen yang membuat Final Fantasy VIII berbeda adalah sistem junction. Di sini, kamu tidak akan menggunakan senjata atau armor tradisional untuk meningkatkan kekuatan karaktermu. Sebaliknya, pemain harus menggunakan magic yang di-draw dari musuh atau Draw Point yang tersebar di seluruh dunia, lalu junction magic tersebut ke atribut seperti serangan, pertahanan, atau kesehatan.
Junction ini menghilangkan elemen level tradisional yang ada di game-game RPG lainnya, sehingga membuat Final Fantasy VIII lebih taktis. Kamu tidak hanya harus mengumpulkan sihir, tetapi juga menyesuaikannya dengan kebutuhan karakter dalam situasi tertentu. Misalnya, ketika menghadapi bos yang memiliki serangan fisik kuat, kamu bisa meng-junction sihir untuk meningkatkan pertahanan atau menambahkan efek pemulihan otomatis ke karakter utama.
Sistem Draw juga merupakan perubahan signifikan. Tidak seperti game RPG pada umumnya di mana kamu membeli atau menemukan sihir, di sini kamu harus mencuri sihir dari musuh selama pertempuran. DI game ini, kita takkan menemukan MP yang menjadi parameter dalam menggunakan magic seorang karakter. Meski inovatif, sistem ini cukup kontroversial di kalangan pemain, karena dapat memperlambat jalannya permainan jika terlalu banyak berfokus pada pengumpulan magic.
Sebagaimana game Final Fantasy sebelumnya, Final Fantasy VIII menghadirkan kembali fitur summon dengan nama Guardian Force (GF). Setiap GF memiliki kemampuan khusus dan bisa memberikan berbagai bonus ketika di-junction ke karakter. GF berperan penting dalam strategi pertempuran. Namun, kamu juga harus berhati-hati untuk tidak terlalu sering bergantung pada mereka, karena mereka membutuhkan waktu untuk diaktifkan dan bisa membuatmu rentan terhadap serangan musuh.
Selain sistem junction yang banyak pro dan kontra di kalangan penggemar Final Fantasy, sistem leveling up di sini banyak yang mengkritisi. Tak hanya karakternya saja yang dapat meningkatkan level-nya, melainkan juga musuh-musuh yang dihadapi. Bagi sebagian orang, sistem ini sangatlah aneh dan menganggapnya sia-sia. Bagi mereka buat apa meningkatkan level karakter ketika musuh juga semakin kuat?
Selain battle mechanics yang distingtif dengan game FF sebelumnya, FFVIII memiliki card game yang menarik. Card game di game ini dirancang oleh Kentarow Yasui.
Karakter-Karakter Utama dalam Final Fantasy VIII
Final Fantasy VIII memperkenalkan sekelompok karakter yang tidak hanya memiliki kepribadian yang unik, tetapi juga memiliki perkembangan emosional yang menarik. Setiap karakter membawa motivasi pribadi dan konflik internal yang memperkaya cerita secara keseluruhan.
- Squall Leonhart: Tokoh utama yang dikenal sebagai sosok pendiam dan tertutup. Dia adalah siswa di akademi militer Balamb Garden yang terlatih sebagai anggota SeeD. Seiring perjalanan cerita, Squall yang awalnya dingin dan emosional mulai belajar tentang pentingnya hubungan antar manusia dan mulai membuka dirinya terhadap teman-temannya, terutama Rinoa.
- Rinoa Heartilly: Seorang pemberontak yang percaya pada cinta dan harapan. Rinoa memainkan peran penting dalam membuka hati Squall, dan hubungan mereka menjadi salah satu elemen emosional utama dalam game ini. Karakternya juga terhubung dengan kekuatan misterius yang menggerakkan plot utama game ini.
- Quistis Trepe: Seorang instruktur di Balamb Garden yang cerdas dan tegas. Meskipun terlihat percaya diri di luar, Quistis menghadapi keraguan dan ketidakpastian tentang kemampuannya sebagai pemimpin.
- Zell Dincht: Seorang petarung dengan semangat tinggi dan energi yang tidak ada habisnya. Zell adalah salah satu teman terdekat Squall dan selalu mendukungnya, meskipun mereka memiliki sifat yang sangat berbeda.
- Selphie Tilmitt: Gadis ceria dengan kepribadian optimis. Selphie mungkin terlihat polos, tetapi dia adalah salah satu anggota tim yang sangat handal, terutama dalam menggunakan sihir.
- Irvine Kinneas: Seorang penembak jitu yang sering kali terlihat santai dan sedikit menggoda. Namun, di balik sikapnya yang tenang, dia menyimpan rasa takut akan kegagalan.
- Seifer Almasy: Rival Squall yang ambisius dan penuh ego. Seifer memiliki visi sendiri tentang kekuasaan dan tidak ragu untuk bertindak keras untuk mencapai tujuannya. Pertentangannya dengan Squall menciptakan konflik yang mendalam dalam cerita.
Penerimaan Final Fantasy VIII Secara Global
Meski banyak yang kurang berkenan dengan sistem yang ditawarkan, Final Fantasy VIII ternyata mampu menorehkan penjualan yang sangat mengagumkan. Di Jepang sendiri FFVIII mampu menjual 2.1 juta kopi dalam hari pertama. Di wilayah Amerika Utara, FFVIII menjadi game Final Fantasy dengan penjualan tercepat.
Banyak pihak yang menganggap Final Fantasy VIII adalah salah satu game RPG terbaik. Alasannya, di masanya game ini mampu menyuguhkan visual yang inovatif, bahkan menjadi sebuah tolok ukur dari kualitas visual di era PS1. Beberapa media seperti Edge menganggap estetika yang dipamerkan FFVIII begitu menawan. Tak hanya kualitas visualnya saja yang menjadi jagoan, scoring dan musik FFVIII sangatlah memorable. Bagi pemain game ini, pasti kenal dengan lagu “Eyes on Me” yang dinyanyikan oleh Faye Wong.
Tak hanya berhenti di era 90-an, Final Fantasy VIII kembali lagi dengan tampilan yang jauh lebih baik dan beresonansi dengan teknologi masa kini. Ya, Final Fantasy VIII Remastered yang dirilis tahun 2019 mampu mengobati rasa rindu penggemarnya. Game remastered ini dirilis untuk Nintendo Switch, PS4, PC, dan Xbox One.
Begitulah rangkuman sejarah pengembangan Final Fantasy VIII berikut dengan warisannya yang bisa kita lihat hingga saat ini. Selain FFVIII, kami juga menyuguhkan konten terkait game-game retro lainnya di sosial media dan website kami. Maka dari itu, kunjungi Instagram, YouTube, dan Facebook Gameformia!