Close Menu
GameformiaGameformia
  • News
  • Games
    • Review
    • Sneak Peek
    • Editor’s Picks
    • Prosona
    • Icon
    • Mythologame
    • Origin
    • Retrospective
  • Features
    • Exclusive
    • Interview
  • Tips & Guides
    • Guides
    • Tips
  • Tech
    • Tech Tips
    • Product Reviews
    • Product Recommendations
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
GameformiaGameformia
Facebook X (Twitter) Instagram
Login
  • News
  • Games
    1. Review
    2. Sneak Peek
    3. Editor’s Picks
    4. Prosona
    5. Icon
    6. Mythologame
    7. Origin
    8. Retrospective
    9. View All

    Troublemaker 2 Beyond Dream – Review

    Oktober 20, 2025

    Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes – Review

    Mei 22, 2025

    Final Fantasy VII Remake Intergrade – Review

    Mei 20, 2025

    10 Game Steam Gratis yang Bisa Kamu Mainkan Tanpa Merogoh Kocek!

    September 18, 2025

    10 Game Mirip GTA dengan Map Besar dan Seru

    September 17, 2025

    Game Superhero yang Membuatmu Jadi Pahlawan dari Kamar

    Mei 28, 2025

    10 Game Action PC Terbaik yang Seru dan Cerita Intens

    Mei 27, 2025

    Shigeru Miyamoto: Maestro Visioner di Balik Kesuksesan Nintendo

    Mei 17, 2025

    Arthur Morgan – Dari Loyalis Berakhir Tragis

    Mei 21, 2025

    Super Mario Bros: Sang Tukang Ledeng Wajah Nintendo

    Mei 19, 2025

    Pac-Man: Si Makhluk Bulat Unik Pengubah Sejarah Industri Game

    April 17, 2025

    Sonic the Hedgehog Si Landak Biru Ikonik dari Sega

    April 7, 2025

    Jin Ifrit: Monster Api Berasal dari Kepercayaan Islam

    September 9, 2025

    Dewa Odin – Sang Dewa dari Segala Dewa Bangsa Nordik

    Mei 23, 2025

    Sejarah dan Evolusi Game RPG Dari Tabletop ke Monitor PC

    September 16, 2025

    The Sims: Simulasi Mengatur Hidup Orang Lain

    Mei 18, 2025

    Sejarah Game Balap Ternama Need for Speed

    Mei 9, 2025

    T-Virus Umbrella: Asal-Usul Bencana Global dalam Resident Evil

    Mei 5, 2025

    Chrono Trigger: JRPG Digarap Oleh Tim Orang-Orang Hebat

    Mei 13, 2025

    Chrono Cross: JRPG dengan Tema Dunia Paralel Nan Eksotis

    Mei 12, 2025

    Wild Arms 3: JRPG Wild West dengan Grafis Full 3D

    Mei 4, 2025

    Suikoden 3: Sekuel Pertama dengan Format 3D

    Mei 3, 2025

    Daftar Game yang Rilis di Bulan Oktober 2025

    Oktober 1, 2025

    10 Game Steam Gratis yang Bisa Kamu Mainkan Tanpa Merogoh Kocek!

    September 18, 2025

    10 Game Mirip GTA dengan Map Besar dan Seru

    September 17, 2025

    Sejarah dan Evolusi Game RPG Dari Tabletop ke Monitor PC

    September 16, 2025
  • Features
    1. Exclusive
    2. Interview
    3. View All

    Ini Alasan Kenapa PC Gaming Lebih Unggul Dibandingkan Konsol

    September 21, 2025

    Ini Alasan Mengapa Console Gaming Lebih Unggul Dibanding PC Gaming

    September 20, 2025

    Cel-Shading: Teknik Memadukan 3D dengan 2D

    April 19, 2025

    Game Remake: Sebuah Kemalasan atau Upaya Pelestarian?

    April 3, 2025

    Ini Alasan Kenapa PC Gaming Lebih Unggul Dibandingkan Konsol

    September 21, 2025

    Ini Alasan Mengapa Console Gaming Lebih Unggul Dibanding PC Gaming

    September 20, 2025

    Cel-Shading: Teknik Memadukan 3D dengan 2D

    April 19, 2025

    Game Remake: Sebuah Kemalasan atau Upaya Pelestarian?

    April 3, 2025
  • Tips & Guides
    • Guides
    • Tips
  • Tech
    1. Tech Tips
    2. Product Reviews
    3. Product Recommendations
    4. View All

    Sebelum Membeli Ketahui Jenis-Jenis Panel Monitor Berikut

    April 12, 2025

    Alasan Kenapa PC Tidak Mau Menyala dan Cara Mengatasinya

    April 11, 2025

    6 Alasan Hardisk Tidak Terbaca dan Cara Mengatasinya

    April 9, 2025

    AMD vs Intel: Mana yang Lebih Unggul di Tahun 2025

    Maret 31, 2025

    Laptop Gaming 10 Jutaan Harga Terjangkau 2025

    September 25, 2025

    10 Laptop MSI Gaming Terbaik Harga Terupdate 2025

    Mei 16, 2025

    10 Laptop Tipis yang Punya Performa Powerful untuk Gaming

    Mei 15, 2025

    10 Mouse Gaming Murah Terbaik Mulai dari 70 Ribuan

    Mei 10, 2025

    Laptop Gaming 10 Jutaan Harga Terjangkau 2025

    September 25, 2025

    10 Laptop MSI Gaming Terbaik Harga Terupdate 2025

    Mei 16, 2025

    10 Laptop Tipis yang Punya Performa Powerful untuk Gaming

    Mei 15, 2025

    10 Mouse Gaming Murah Terbaik Mulai dari 70 Ribuan

    Mei 10, 2025
GameformiaGameformia
Home » Shigeru Miyamoto: Maestro Visioner di Balik Kesuksesan Nintendo
Shigeru Miyamoto
Games

Shigeru Miyamoto: Maestro Visioner di Balik Kesuksesan Nintendo

By Lintang AyomiMei 17, 2025Tidak ada komentar18 Mins Read
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Nintendo dan Shigeru Miyamoto adalah dua nama yang sulit dipisahkan. Meski bukan pendiri perusahaan game asal Jepang tersebut, kehadiran Miyamoto memberi pengaruh yang sangat besar. Berkat inovasi dari tangan dinginnya, Nintendo mampu bertransformasi menjadi salah satu perusahaan game paling dikenal di kancah internasional.

Tidak hanya Nintendo yang tumbuh besar bersama Miyamoto, ia juga sosok di balik lahirnya beberapa karakter game paling ikonik, seperti Mario bersaudara dan Link dari The Legend of Zelda. Nintendo menganggap Miyamoto bukan lagi sekadar orang yang bekerja di dalamnya, tetapi aset sekaligus jantung dari perusahaan game tersebut. 

Saking berharganya, Miyamoto dilarang untuk mengendarai sepedanya ke kantor.  Bahkan, rumor kemundurannya dari Nintendo membuat saham perusahaan tersebut sempat jatuh terjerembab pada tahun 2011. 

Lantas, bagaimana perjalanan Miyamoto hingga kini bisa menjadikannya figur paling berpengaruh di industri game?

Masa Kecil Miyamoto:Tumbuh di Kota Kecil Tak Hentikan Imajinasi yang Tanpa Batas

Shigeru Miyamoto lahir pada tahun 1952 di sebuah kota kecil di wilayah Kyoto bernama Sonobe. Ia bukan berasal dari keluarga dengan banyak fasilitas hiburan di rumahnya. Saat itu, Sonobe masih dikelilingi pegunungan, gua, dan hutan.

Shigeru Miyamoto Sonobe Kyoto
Source: Garrya

Meski begitu, Miyamoto kecil tetap mengenal budaya populer Amerika Serikat. Setiap akhir pekan, keluarga Miyamoto kerap melakukan perjalanan ke pusat kota Kyoto untuk menonton film-film Barat, terutama karya animasi Disney.

Shigeru Miyamoto Kyoto
Source: iStock

Sejak kecil, ia dikenal penuh rasa penasaran. Miyamoto gemar berpetualang ke hutan, mendaki gunung, hingga menjelajahi reruntuhan kastil yang tersebar di sekitar tempat tinggalnya. Kebiasaan kecil ini kelak memberi pengaruh kuat pada dunia yang ia ciptakan dalam game–dunia penuh petualangan, misteri, dan eksplorasi.

Selain film, televisi juga membentuk dunianya. Acara favoritnya adalah Hyokkori-Hyoutanjima, sebuah pertunjukan boneka (di Indonesia bisa disejajarkan dengan Si Komo). Miyamoto bahkan pernah mengakui bahwa salah satu karakternya, Don Gabancho, menjadi inspirasi lahirnya Mario. Naluri menghiburnya pun sudah terlihat sejak muda. Ia bersama temannya membuat boneka untuk menghibur teman-teman sekelas.

Shigeru Miyamoto Hyokkori-Hyoutanjima
Source: Fanboy

Masa sekolah Miyamoto penuh dengan eksperimen. Saat SMP, ia sempat bergabung dengan tim basket, namun keluar setelah berselisih dengan rekan setimnya. Dari situ, ia beralih mendirikan klub manga bersama teman-temannya.

Shigeru Miyamoto Basket
Source: x.com/JohnAndersen21

Ia bahkan bercita-cita menjadi mangaka dan sempat mengirim surat ke idolanya, Shotaro Ishinomori, sang kreator Kamen Rider. Selain memiliki minat pada manga, Miyamoto juga memiliki kecintaan pada musik. Selain berada di dalam klub manga, Miyamoto juga bergabung dalam klub musik. Di situlah ia belajar gitar dan banjo. 

Shigeru Miyamoto Shotaro Ishinomori
Source: The Tokusatsu Network

Usai lulus SMA, Miyamoto memilih untuk melanjutkan minatnya di bidang seni dengan mendaftar ke Kanazawa Municipal College of Industrial Art & Design.

Shigeru Miyamoto Kanazawa Municipal College of Industrial Art & Design
Source: Wikipedia

Dalam wawancara, ia mengaku bukan mahasiswa teladan karena kerap absen di sejumlah kelas. Namun, di luar ruang kuliah, ia tetap aktif mengeksplorasi minat seni, terutama musik. Miyamoto menekuni musik Bluegrass di sini dan membentuk grup musik dengan beberapa teman kampusnya. Mereka sesekali tampil di acara musik dengan membawakan lagu-lagu The Beatles, The Nitty Gritty Dirt Band, hingga Doc Watson.

Shigeru Miyamoto Banjo
Source: Reddit

Tahun-Tahun Awal Bersama Nintendo: Awal yang Tidak Terduga

Setelah lima tahun, Miyamoto berhasil meraih gelar sarjana. Namun, ia sempat menganggur dalam beberapa waktu. Namun pertemuan takdir datang dari perusahaan pembuat kartu dan mainan bernama Nintendo.

Shigeru Miyamoto Nintendo Office
Source: Nintendo Life

Awalnya lamaran Miyamoto sebagai desainer industri ditolak. Beruntung, ayahnya kenal dengan Presiden Nintendo kala itu, Hiroshi Yamauchi. Dari situlah Miyamoto mendapat kesempatan wawancara. Ia menunjukkan mainan buatannya, dan Yamauchi terkesan. Miyamoto pun resmi direkrut.

Shigeru Miyamoto Hiroshi Yamauchi
Source: CNN

Awal kariernya di Nintendo tak langsung melibatkan game. Ia lebih dulu mendesain kemasan board game bertema Disney dan produk lain. Namun, saat demam Space Invaders melanda dunia dan menghasilkan miliaran dolar, Nintendo melihat peluang besar di pasar video game.

Shigeru Miyamoto Disney Boardgame
Source: Beforemario

Tahun 1979, Miyamoto mendapat tugas mendesain casing Color TV Game Block Kuzushi, sebuah konsol rumahan. Ia juga ikut mengerjakan Seesaw, proyek game dari ide Gunpei Yokoi, mentornya. Walau belum rampung, pengalaman itu menjadi bekal penting bagi Miyamoto saat menciptakan mahakarya Super Mario Bros. di kemudian hari.

Shigeru Miyamoto Block Kuzushi
Source: Beforemario

Sejak awal, Miyamoto sudah berani mengkritik produk sebelumnya, seperti Color TV-Game 6 dan Color TV-Game 15, yang ia sebut sebagai perangkat yang “buruk”. Kritik tersebut mendorongnya berinovasi, misalnya dengan menambahkan kemudi pada Color TV-Racing agar lebih imersif, serta menyederhanakan hardware Blockbuster supaya lebih ramah pengguna.

Shigeru Miyamoto Color TV-Game 15
Source: Wikipedia

Game pertamanya yang benar-benar selesai adalah Sheriff (1979), sebuah arcade shooter. Dari sinilah lahir fondasi ide yang kelak berkembang menjadi Donkey Kong, The Legend of Zelda, hingga Super Mario Bros.. 

Shigeru Miyamoto Sheriff
Source: Wikipedia

Kiprah Shigeru Miyamoto di Nintendo pada 1980-1984

Pada akhir 1970-an, Nintendo mulai menunjukkan ketertarikan pada pasar video game global. Meski telah merilis sejumlah judul, mayoritas game yang mereka buat bukanlah karya orisinal. Ambisi untuk menembus pasar Amerika Utara mendorong perusahaan asal Kyoto itu membuka cabang di New York dengan nama Nintendo of America. Saat awal berdiri, tim operasional di cabang ini bahkan belum mencapai sepuluh orang.

Dari Jepang, Hiroshi Yamauchi meminta satu divisi internal merancang game yang bisa mendobrak pasar Amerika setelah beberapa judul sebelumnya gagal menarik minat pemain. Game arcade berjudul Radar Scope pun lahir. Shigeru Miyamoto saat itu hanya bertugas merancang desain fisik mesin arcade dan ilustrasi pada bagian hardwarenya.

Shigeru Miyamoto Radar Scope
Source: LaunchBox Games

Namun, harapan pada Radar Scope cepat meredup. Setelah menempuh perjalanan laut selama empat bulan, sebanyak 3.000 unit mesin arcade itu akhirnya tiba di Amerika Serikat. Sayangnya, pasar sudah berubah, dan game tersebut dianggap ketinggalan zaman. Hanya sepertiga unit yang berhasil terjual.

Situasi ini membuat Minoru Arakawa, Presiden Nintendo of America, berada di ujung tanduk. Ia pun menghubungi Yamauchi di Jepang untuk meminta sebuah game baru yang bisa menyelamatkan stok Radar Scope yang tersisa.

Shigeru Miyamoto Minoru Arakawa
Source: Nintendo Fandom

Yamauchi awalnya ragu karena talenta terbaik Nintendo saat itu sedang sibuk mengerjakan proyek lain. Namun, keputusan harus diambil cepat karena kondisi Nintendo berada dalam keadaan genting. Dalam pencariannya, ia menunjuk sosok yang tak terduga, yaitu Shigeru Miyamoto. Tugas ini menjadi beban berat bagi Miyamoto, mengingat ia belum pernah mengemban tanggung jawab sebesar itu. Penunjukan tersebut pun menjadi pertaruhan besar, bukan hanya untuk Miyamoto, tetapi juga untuk Nintendo. Agar Miyamoto tidak kewalahan, Yamauchi menugaskan seorang desainer senior untuk mendampinginya, yakni Gunpei Yokoi.

Shigeru Miyamoto Gunpei Yokoi
Source: Nintendo Soup

Gunpei Yokoi bukanlah sosok sembarangan di Nintendo. Ia adalah veteran sekaligus desainer kawakan yang hampir seorang diri melahirkan lini Game & Watch. Di proyek bersama Miyamoto, Yokoi tidak hanya berperan sebagai mentor, tetapi juga mengawasi langsung proses pengembangan, memberi masukan esensial, dan memastikan ide-ide Miyamoto bisa dieksekusi.

Awalnya, Yamauchi diduga hanya meminta Miyamoto memperbaiki Radar Scope, game yang gagal di pasar. Namun, Miyamoto punya pandangan berbeda. Ia tidak tertarik menggarap ulang genre shooting yang menurutnya mulai kehilangan daya tarik. Ia juga enggan membuat game olahraga atau game bergaya Pac-Man yang saat itu populer. Miyamoto ingin menawarkan sesuatu yang belum pernah ada, yaitu sebuah game dengan cerita. 

Menurutnya, video game selama ini miskin narasi, padahal cerita bisa menjadi unsur kuat untuk membuat pemain lebih terlibat secara emosional.  Ia menjadikan film-film favoritnya sebagai sumber inspirasi, bahkan sempat berusaha keras mendapatkan lisensi untuk mengembangkan game Popeye—Sebelumnya, mereka sudah menyiapkan kartu bermain Popeye dan versi Game & Watch. Namun, lisensi gagal didapat untuk dijadikan video game. 

Shigeru Miyamoto Popeye
Source: Nintendo Wiki

Lahirnya Donkey Kong dan Mario

Gagalnya mendapatkan lisensi Popeye tak membuat Shigeru Miyamoto patah arang. Ia justru menjadikan Popeye sebagai inspirasi utama dalam merancang karakter Mario (awalnya dikenal sebagai Jumpman) dan Donkey Kong. Dalam konsep awal tersebut, Mario berperan sebagai pengganti Popeye, Donkey Kong sebagai Bruto, dan Pauline merepresentasikan Olive Oyl.

Dari ketiga karakter itu lahirlah versi final Donkey Kong. Game ini menyajikan kisah tentang Donkey Kong yang melarikan diri dari majikannya dan menculik seorang perempuan bernama Pauline. Sang kera besar kemudian memanjat ke puncak rangkaian balok baja di area konstruksi. Sebagai protagonis, Mario berusaha mengejarnya, tetapi harus menghadapi rintangan demi rintangan berupa barel yang digelindingkan dari atas. Menariknya, meski hanya tampil dengan visual 8-bit, Donkey Kong sudah menghadirkan cutscene.

Shigeru Miyamoto Donkey Kong
Source: Donkey Kong Wiki

Miyamoto tak hanya merancang gameplay, tetapi juga menyusun musik latarnya sendiri. Setelah proses pengembangan selesai, Presiden Nintendo saat itu, Hiroshi Yamauchi, yakin game ini memiliki potensi besar dan segera mengirimkannya ke pasar Amerika Serikat.

Namun, respons awal di sana tidak sesuai harapan. Para pegawai Nintendo of America justru menolak keras Donkey Kong. Sebagian menganggap game tersebut sebagai keputusan yang keliru, bahkan bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan perusahaan.

Meski begitu, Yamauchi tetap pada keyakinannya. Ia membujuk timnya untuk memberi kesempatan pada game itu. Dua mesin arcade Radar Scope akhirnya dibongkar total dan dirombak menjadi Donkey Kong. Hasilnya, game tersebut laris di pasaran.

Kesuksesan besar Donkey Kong membuat Nintendo tak butuh waktu lama untuk menyiapkan sekuelnya. Tugas pengembangan kembali dipercayakan kepada Shigeru Miyamoto, sosok di balik keberhasilan game pertama. Miyamoto saat itu memiliki sejumlah ide yang belum sempat diwujudkan karena keterbatasan teknologi.

Salah satu gagasan utamanya adalah membalik peran protagonis dan antagonis. Jika sebelumnya Mario adalah pahlawan, dalam sekuelnya justru Mario menjadi antagonis. Sebaliknya, Donkey Kong yang tadinya musuh utama kini berperan sebagai korban yang diculik dan dikurung oleh Mario.

Dalam game bertajuk Donkey Kong Jr. itu, pemain mengendalikan anak Donkey Kong untuk memanjat sulur dan melewati rintangan demi menyelamatkan ayahnya dari kurungan. Di akhir cerita, Donkey Kong berhasil dibebaskan, sementara Mario ditendang pergi. Kesuksesan sekuel ini akhirnya membuat Nintendo melanjutkan ke game ketiga.

Shigeru Miyamoto Donkey Kong Jr.
Source: The Game Hoard

Setelah keberhasilan seri Donkey Kong, Miyamoto mulai mengarahkan fokus pada pengembangan karakter Mario. Lahirlah Mario Bros., sebuah game arcade yang kini dikenal luas. Di game ini, Miyamoto memperkenalkan saudara kembar Mario, yakni Luigi.

Perubahan penting juga terjadi pada latar belakang karakter utama. Seorang pegawai Nintendo of America mengamati bahwa penampilan Mario lebih cocok sebagai tukang ledeng ketimbang tukang kayu. Observasi ini memicu perubahan profesi Mario: dari tukang kayu dalam Donkey Kong menjadi tukang ledeng di Mario Bros.

Keberhasilan Mario Bros. menjadi batu loncatan karier bagi Miyamoto. Yamauchi lalu menunjuknya untuk memimpin divisi baru yang secara khusus bertugas mengembangkan game bagi konsol rumahan terbaru Nintendo, Famicom (Family Computer), yang telah diluncurkan setahun sebelumnya.

Shigeru Miyamoto NES Famicom
Source: 1MoreCastle

Lahirnya Famicom atau Nintendo Entertainment System (NES)

Pada 1984, Shigeru Miyamoto memulai langkah awalnya di konsol Famicom melalui Devil World, sebuah game yang terinsprasi dari Pac-Man. Karena game ini memuat tema-tema keagamaan yang sensitif, Devil World akhirnya tidak diluncurkan di luar Jepang. Tak lama setelahnya, Miyamoto dipercaya sebagai desainer dalam pengembangan Excitebike, salah satu game balap motor yang cukup populer kala itu.

Shigeru Miyamoto Excitebike
Source: Nintendo Life

Di tengah geliat industri game Jepang yang relatif stabil, kondisi di Amerika Serikat justru sebaliknya, yakni mengalami resesi. Runtuhnya dominasi Atari menyebabkan anjloknya minat publik terhadap game. Banyak arcade tutup permanen, dan produsen konsol memilih menghentikan produksi hardware.

Dalam situasi suram itu, langkah Nintendo untuk memasuki pasar Amerika justru terdengar tak masuk akal. Banyak peritel ragu, namun Nintendo datang dengan strategi komunikasi yang berbeda. Mereka menyebut bahwa produk yang ditawarkan bukan sekadar video game, melainkan “entertainment system”.

Sebagai upaya membedakan diri dari kegagalan industri sebelumnya, Nintendo menyertakan R.O.B. (Robotic Operating Buddy), sebuah robot interaktif yang dapat dimainkan bersama beberapa judul game tertentu. Untuk pasar Amerika Serikat, Nintendo mengganti nama Famicom menjadi Nintendo Entertainment System (NES).

Shigeru Miyamoto R.O.B
Source: Reddit

Super Mario Bros. menembus 40 juta rumah di seluruh dunia. Setelah peluncuran Super Mario Bros. pada 1985, Miyamoto kembali turun tangan untuk mengarahkan sekuelnya. Di Jepang, game tersebut dirilis sebagai Super Mario Bros. 2. Namun karena tingkat kesulitannya yang sangat tinggi, versi ini tidak dirilis di pasar Amerika maupun Eropa. Baru bertahun-tahun kemudian, lewat kompilasi Super Mario All-Stars, game tersebut dikenal di pasar Barat dengan judul The Lost Levels.

Shigeru Miyamoto Super Mario Bros.
Source: NintendoSoup

Namun pencapaian Miyamoto tak berhenti di sana. Di puncak kesuksesannya, ia merancang sebuah game baru yang mengusung tema petualangan dan eksplorasi. Game tersebut menghadirkan tokoh pahlawan muda, seorang putri yang perlu diselamatkan, dan musuh berupa makhluk menyerupai babi hutan. Nama game itu adalah The Legend of Zelda.

Shigeru Miyamoto Zelda
Source: CNET

The Legend of Zelda kemudian diadaptasi ke Nintendo Entertainment System saat masuk ke pasar Amerika dan Eropa, setelah dirilis untuk Famicom Disk System. Game ini awalnya terinspirasi dari apa pengalaman Miyamoto sewaktu kecil. Miyamoto kecil sering menghabiskan waktunya bertualang di sekitar kampung halamannya di Sonobe.

Setelah sukses dengan Super Mario Bros. pertama, Shigeru Miyamoto tak berhenti mencetak mahakarya. Ia terlibat dalam proyek Doki Doki Panic—yang kemudian dikenal di Amerika sebagai Super Mario Bros. 2—hingga Ice Hockey, sebuah game olahraga.

Shigeru Miyamoto Doki-Doki Panic
Source: The Vintage Gamers

Tak berhenti di situ, Miyamoto turut ambil bagian dalam pengembangan Zelda II: The Adventure of Link, serta Mother, yang kemudian dikenal di Amerika dan Eropa sebagai Earthbound Beginnings. Puncak pencapaian Miyamoto di era NES ditandai dengan keterlibatannya sebagai sutradara Super Mario Bros. 3. Game ini bukan hanya menjadi salah satu rilisan terbaik dalam sejarah Nintendo, tetapi juga mencatat rekor sebagai game mandiri dengan penjualan tertinggi pada zamannya. Sampai hari ini, Super Mario Bros. 3 masih sering disebut sebagai salah satu game platformer terbaik yang pernah dibuat.

Namun di balik semua kesuksesan itu, Miyamoto harus menanggung tekanan besar. Dalam sebuah pernyataan, ia mengaku pernah mengalami stres berat selama masa produksi game-game besar tersebut, bahkan hingga menyebabkan gangguan pada jantungnya.

Evolusi Selanjutnya: Super Famicom atau Super Nintendo Entertainment System

Shigeru Miyamoto menunjukkan kemampuan beradaptasinya di era konsol 16-bit melalui sejumlah game esensial untuk Super Nintendo (SNES). Ia memimpin pengembangan The Legend of Zelda: A Link to the Past, yang mengembalikan seri ke format bird’s eye view, serta Super Mario Kart yang meraih sukses besar sekaligus melahirkan genre balapan kart. Miyamoto juga menjajaki platform handheld dengan merilis Wave Race dan The Legend of Zelda: Link’s Awakening untuk Game Boy.

Shigeru Miyamoto SNES
Source: RetroSniper

Puncak pencapaiannya di era 16-bit datang lewat Star Fox, hasil kolaborasi antara Nintendo dan pengembang Eropa, Argonaut Software. Game ini menjadi terobosan teknis berkat penggunaan chip Super FX yang memungkinkan tampilan grafis poligonal—sesuatu yang belum umum di konsol saat itu. Di Eropa, game ini dirilis dengan judul Starwing atau Lylat Wars karena kendala hak cipta.

Shigeru Miyamoto Star Fox
Source: Game Developer

Selain menawarkan teknologi visual baru, Star Fox juga penting secara historis karena menjadi salah satu kolaborasi awal antara pengembang Jepang dan Eropa di ranah konsol. Meskipun proses pengembangannya tidak selalu mulus, hasil akhirnya menjadi tonggak penting dalam inovasi teknologi game sekaligus membuktikan bahwa era 16-bit merupakan ruang eksperimen kreatif Miyamoto yang paling berani.

Nintendo sendiri kemudian mengambil alih desain inti game. Saat tim Argonaut datang ke Jepang dan membuat prototipe baru, hasilnya dinilai belum memuaskan. Miyamoto lalu meminta salah satu pengembang membuat game baru menggunakan sistem yang ada. Dari situ lahirlah konsep rail shooter di dalam terowongan—lebih sederhana namun efektif. Tim Nintendo akhirnya memilih jalur ini dan mengembangkan ulang game dari awal berdasarkan konsep tersebut.

Meski gameplay mulai solid, Star Fox masih terasa kosong tanpa karakter dan cerita. Miyamoto pun membuat sketsa dunianya, meski sempat kesulitan menentukan karakter utama. Beberapa nama sempat dipertimbangkan: Star Wolf, Star Sheep, Star Sparrow, hingga Star Hawk.

Inspirasi akhirnya datang ketika Miyamoto mengunjungi kuil Fushimi Inari-taisha di Kyoto, yang dipersembahkan untuk dewa Inari atau dewa rubah dalam mitologi Jepang. Dari situlah muncul ide tentang seekor rubah yang dapat terbang menembus gerbang merah (torii), yang kemudian menjadi cikal bakal karakter Fox McCloud. Wajah Fox dimodelkan dari patung Inari, lengkap dengan syal merah.

Star Fox lahir dari visi Miyamoto untuk menciptakan game fiksi ilmiah dengan karakter antropomorfik. Tokoh utamanya, Fox McCloud, sedikit banyak terinspirasi dari Miyamoto sendiri, sementara nama “McCloud” diusulkan oleh Dylan Cuthbert dari tim Argonaut.

Setelah Star Fox, Miyamoto melanjutkan dengan Super Mario All-Stars, Yoshi’s Safari, Kirby’s Adventure, dan Donkey Kong ’94. Ia juga menggarap Super Mario World 2: Yoshi’s Island dengan gaya visual krayon pastel, serta Mole Mania dan Super Mario RPG, sebelum akhirnya beralih ke era Nintendo 64—menutup kiprahnya di era NES, SNES, dan Game Boy.

Shigeru Miyamoto Super Mario World
Source: Old Game Hermit

Menuju Ke Milenium Baru

Setelah memimpin  proyek Super Mario Bros. 3 secara langsung, Miyamoto tak lagi menjabat sebagai director dalam game apa pun. Namun, ia memutuskan untuk kembali turun tangan secara langsung pada Super Mario 64. Game dengan visual full 3D ini menjadi salah satu upaya Nintendo untuk menantang dominasi Sony dengan konsol PlayStation.

Shigeru Miyamoto Nintendo 64
Source: Goomba Stomp Magazine

Meski telah lama naik jabatan menjadi produser, Miyamoto justru menjadi tokoh utama di balik transisi Nintendo menuju format 3D yang saat itu sedang populer. Ia mulai merancang konsep Super Mario 64 bertahun-tahun sebelumnya, meski spesifikasinya baru disusun menjelang perilisan. Pengalaman sebelumnya dengan poligon dalam Star Fox menjadi bekal penting. Secara keseluruhan, pengembangan game ini memakan waktu sekitar lima hingga enam tahun.

Shigeru Miyamoto Super Mario 64
Source: The Boar

Super Mario 64 menjadi hit global dan hingga kini dianggap sebagai salah satu game paling penting sepanjang sejarah industri video game. Pada periode yang sama, Miyamoto juga memproduseri sejumlah judul besar seperti Pilotwings 64, Mario Kart 64, Wave Race 64, Star Fox 64, serta melakukan supervisi pada Yoshi’s Story. Star Fox 64 bahkan memperkenalkan teknologi baru bernama Rumble Pak. Namun, Miyamoto merasa game ini masih kurang menggugah, meski lebih optimal dalam memanfaatkan kemampuan Nintendo 64 dibandingkan Super Mario 64.

Miyamoto juga terlibat dalam 1080° Snowboarding dan F-Zero X, sebelum akhirnya merilis The Legend of Zelda: Ocarina of Time pada 1998. Game ini menjadi karya monumental yang dikenal sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa. Meski berperan sebagai produser, Miyamoto tetap aktif dalam berbagai keputusan desain, termasuk ide untuk menambahkan kuda sebagai elemen penting dalam gameplay. Hasilnya, Ocarina of Time meraih kesuksesan besar baik secara komersial maupun kritik.

Shigeru Miyamoto Zelda Ocarina of Time
Source: PC Gamer

Kesuksesan tersebut berlanjut ketika Miyamoto bersama Eiji Aonuma merilis sekuelnya, Majora’s Mask, pada tahun 2000. Setelah itu, Nintendo kembali menghadirkan sejumlah game penting lain seperti Mario Party, Paper Mario, Super Smash Bros., hingga proyek untuk Nintendo 64DD seperti Mario Artist.

Era 2000-an

Setelah penjualan konsol Nintendo menurun sejak era Nintendo 64, perusahaan tempat Miyamoto mendedikasikan hidupnya berupaya bangkit lewat GameCube dan Game Boy Advance. Untuk mendukung peluncuran GameCube, Shigeru Miyamoto dipercaya menggarap judul baru yang inovatif. Ia memperkenalkan demo teknologi Mario 128, yang kemudian menjadi fondasi bagi game real-time strategy berjudul Pikmin. 

Miyamoto juga bertindak sebagai produser untuk sejumlah judul penting seperti Luigi’s Mansion, Wave Race: Blue Storm, Super Smash Bros. Melee, dan Eternal Darkness: Sanity’s Requiem. Dalam Metroid Prime, ia mendorong pengembang Retro Studios untuk mengubah perspektif permainan menjadi orang pertama, di mana keputusan yang kemudian menuai banyak pujian.

Shigeru Miyamoto Super Smash Bros. Melee
Source: IMDb

Di tengah kesibukan itu, Miyamoto juga memproduksi Super Mario Sunshine, Mario Kart: Double Dash!!, Mario & Luigi: Superstar Saga, serta F-Zero GX yang merupakan hasil kolaborasi dengan Sega. Meski namanya tercantum dalam Star Fox Adventures, ia mengaku tidak banyak terlibat karena mempercayakannya kepada studio Rare. Namun, tidak semua proyek berjalan mulus. 

Four Swords Adventures tercatat sebagai game Zelda dengan penjualan terburuk, sebuah hasil yang membuat Miyamoto dan timnya kecewa. Sebaliknya, Pac-Man Vs. yang memanfaatkan konektivitas GameCube dan Game Boy Advance justru berhasil menjadi bentuk penghormatan Miyamoto terhadap salah satu game favoritnya di luar Nintendo.

Tahun 2004 menjadi periode sibuk lainnya, dengan keterlibatannya dalam Pikmin 2, The Minish Cap, Metroid Prime 2: Echoes, Paper Mario: The Thousand-Year Door, dan Donkey Kong: Jungle Beat.

2004 Hingga Sekarang

Menjelang akhir era Game Boy, Nintendo memperkenalkan Nintendo DS sebagai konsol portabel generasi baru dengan dua layar, fitur layar sentuh, mikrofon, dan grafis yang melampaui Nintendo 64. Di era ini, Miyamoto terlibat langsung dalam pengembangan Super Mario 64 DS, serta game lainnya seperti Mario Kart DS dan Nintendogs.

Shigeru Miyamoto Nintendogs
Source: GameRevolution

Sambil menangani DS, Miyamoto juga mulai fokus pada pengembangan Wii. Ia terlibat dalam dua judul peluncuran utama, yaitu Wii Sports dan The Legend of Zelda: Twilight Princess. Selanjutnya, Miyamoto mengawasi proyek-proyek seperti Super Paper Mario, Metroid Prime 3, dan Super Mario Galaxy.

Miyamoto juga menghadirkan seri baru seperti Wii Fit dan Wii Music, terlibat dalam Mario Kart Wii, Smash Bros. Brawl, dan Punch-Out!!. Pada E3 2014, ia memperkenalkan Star Fox Zero, Project Guard, dan Project Giant Robot untuk Wii U

Setelah Presiden Satoru Iwata wafat pada 2015, Miyamoto menjabat sebagai co-president sementara sebelum diangkat menjadi Creative Fellow (kemudian Executive Fellow pada 2024). Sejak itu, perannya lebih bersifat strategis, termasuk mengarahkan proyek film The Super Mario Bros. Movie dan taman hiburan Super Nintendo World.

Filosofi Shigeru Miyamoto

Berdasarkan dari Jennifer DeWinter (2015) dari bukunya yang berjudul Shigeru Miyamoto – Super Mario Bros., Donkey Kong, Zelda, ada beberapa hal yang menjadi poin penting dari karya-karya Miyamoto, di antaranya:

  • Miyamoto menekankan pentingnya koneksi dengan masa kanak-kanak. Menurutnya, rasa kebahagiaan yang muncul dari kenangan masa kecil menjadi sumber inspirasi utama.
  • Ia banyak dipengaruhi oleh alam dan lingkungan sekitar.
  • Miyamoto memperkenalkan konsep kyokan, sebuah istilah Jepang yang berarti “berbagi perasaan yang sama.” Dalam konteks desain game, kyokan merujuk pada keinginan untuk menciptakan jembatan emosional antara kreator game dan pemainnya.

Shigeru Miyamoto tak hanya menjadi orang paling berharga di Nintendo, melainkan juga di industri game. Tak salah jika ia disebut sebagai ‘Bapak Video Game’ berkat inovasi-inovasi yang ia tawarkan. 

Selain artikel tentang Miyamoto, kami juga menyajikan konten-konten menarik lainnya mulai dari profil orang penting di industri game, sejarah game, review game, berita game harian, dan konten menarik lainnya. Jadi, terus ikuti konten kami di website Gameformia dan sosial media kami seperti Instagram, YouTube, X, TikTok, dan juga Facebook!




Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Lintang Ayomi
  • Website

Related Posts

Daftar Game yang Rilis di Bulan Oktober 2025

Oktober 1, 2025

10 Game Steam Gratis yang Bisa Kamu Mainkan Tanpa Merogoh Kocek!

September 18, 2025

10 Game Mirip GTA dengan Map Besar dan Seru

September 17, 2025

Sejarah dan Evolusi Game RPG Dari Tabletop ke Monitor PC

September 16, 2025
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Editors Picks

Lost Soul Aside Dapatkan Patch Baru Meski Sudah Hampir Terlupakan

Oktober 31, 2025

Hideo Kojima Mengaku Tak Pernah Tahu Wachowski Ingin Ia Membuat Game The Matrix

Oktober 30, 2025

Agni: Village of Calamity Menjadi Pembuka di ID@Xbox Showcase 2025

Oktober 29, 2025

Setelah Final Fantasy 7 Remake Part 3, Tim Square Enix Bisa Garap IP Baru

Oktober 28, 2025
Top Reviews
News

Red Dead Redemption 2 Tembus 77 Juta Penjualan, Pecahkan Rekor di AS

By Dani Achmad
Product Recommendations

Rekomendasi 10 Laptop Gaming ASUS Terbaik Mulai 10 Jutaan

By Lintang Ayomi
News

Ubisoft Klaim Mikrotransaksi Bikin Main Game Lebih Menyenangkan, Pemain Meragukan

By Lintang Ayomi
Advertisement
Demo
Gameformia
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • News
  • Review
  • Games
  • Tech
  • Tips & Guides
©2025 - Gameformia | All rights reserved

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?