Ketika Suikoden sudah tak lama lagi menampakkan dirinya, mantan tim pengembang seri RPG tersebut, Yoshitaka Murayama (Rest in Peace), memutuskan untuk membangkitkan arwah game tersebut. Bukan dengan nama Suikoden, tetapi membawa bendera baru berjudul Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes. Di awal kemunculan trailer-nya. Penggemar franchise game RPG yang dipublikasikan oleh Konami tersebut banyak yang terlihat excited. Apalagi setelah absennya game RPG dengan ratusan karakter tersebut. Dalam cuplikan gameplay dan sedikit konten game JRPG satu ini, nampak gameplay yang menarik dibalut dengan visual cantik.
Dengan penampakan 2D pixelated yang dikelilingi oleh background 3D, Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes mampu meningkatkan rasa penasaran para penggemar Suikoden. Antusiasme para gamers akan game ini juga menunjukkan bahwa game JRPG garapan Rabbit & Bear Studios ini sangat ditunggu-tunggu walau mengusung grafis 2.5D
Sayangnya, tak lama sebelum game ini rilis, sang pimpinan proyek, Yoshitaka Murayama, berpulang. Namun, kehadiran dari Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes ini bisa mengobati kerinduan penggemar Suikoden sekaligus sang penggagasnya. Lalu, bagaimana game ini secara keseluruhan?
Sorotan Terhadap Dua Karakter yang Mirip Riou dan Jowy
Entah apakah Rabbit and Bear Studios ingin membangkitkan arwah Suikoden 2 atau tidak, Eiyuden Chronicles: Hundred Heroes memiliki sedikit kemiripan tak hanya dari jumlah karakter yang bisa kita masukkan ke dalam party, melainkan juga format karakternya. Eiyuden Chronicles menyoroti tiga karakter yang memiliki latar belakang yang jauh berbeda.
Pertama adalah Nowa, seorang pemuda dari desa Kyshiri yang memiliki jiwa yang naif, tetapi memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa hebat. Nowa bergabung dengan kelompok tentara bayaran bernama Eltisweiss Watch (kerap disebut juga sebagai The Watch) yang merupakan bagian dari League of Nations.
Dalam ekspedisi ini, selain dengan teman-temannya di The Watch, Nowa diminta untuk bekerja sama dengan perwakilan dari Galdean Empire, di sinilah ia bertemu dengan Seign. Ekspedisi tersebut membuat Nowa dan Seign menjadi lebih akrab layaknya seorang sahabat, apalagi mereka berdua sempat terpisah dari rekan-rekannya.
Namun, Nowa mendapatkan fakta baru di mana Galdean Empire—kampung halaman Seign—sedang berseteru dengan League of Nations di benua Allraan. Dalam sebuah perbincangan juga, Seign mewartakan bahwa seorang pimpinan militer kerajaan tempat asalnya, Dux Aldric berambisi untuk mendapatkan semua benda magis bernama Rune-Lens agar bisa ia jadikan sebagai senjata perang.
Ternyata benar, bahwa pencarian Rune-Lens ini menimbulkan peperangan antara League of Nations dan Galdean Empire. Di sinilah loyalitas antara Nowa akan League of Nations dan Seign akan Galdean Empire mempuat mereka tak hanya berselisih paham, namun menimbulkan pertarungan yang tak terelakkan.
Perpisahan akibat loyalitas inilah yang mengingatkan kami pada kisah Riou dan Jowy di Suikoden 2. Keempat karakter ini, Riou dan Jowy atau Nowa dan Seign, merupakan sahabat meski rentang waktu persahabatan mereka berbeda—Riou dan Jowy telah lama bersahabat, sedangkan Nowa dan Seign hanya sebentar—, tetapi persahabatan tersebut retak karena keputusan politik dari karakter-karakter tersebut.
Tak hanya dari kisah karakter-karakter ini, desain karakter Nowa dengan Riou dan Seign dengan Jowy juga mirip, yakni padanan warna utama karakter-karakter tersebut mirip—Nowa dan Riou dengan dominasi warna merah dan Seign dan Jowy dengan dominasi warna biru.
Visual Penerapan Graphics 2.5D di Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes yang Apik
Ketika trailer pertamanya muncul, tak bisa dipungkiri hal yang pertama ditangkap oleh kami adalah visualnya. Game ini dibangun dengan graphics perpaduan 2D pada bagian karakter dan 3D untuk lingkungan atau beberapa musuh di dalam game. Pemilihan gaya artistik seperti ini cukup populer beberapa tahun belakangan ini. Mungkin estetika ini menjadi jawaban atas kebosanan para gamers atas game-game dengan rvisual realistis, tetapi melupakan aspek cerita dan gameplay.
Perpaduan 2D dan 3D yang dibangun dengan baik sangt padu dengan warna-warna cerah di dalam game. Tim Rabbit and Bear berhasil memadukan semua aspek visual di dalam game ini. Animasi serangan terutama Rune-Lens di dalam combat pun membuat suasana pertarungan semakin bombastis, berkat efek yang dihadirkan.
Di balik indahnya graphics yang dipamerkan oleh Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes, ada satu kekurangan yang membuat kami cukup gemas, yakni kameranya. Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes menerapkan kamera statis, meski ketika kita berada di world-map kamera bisa kita ubah sudut pandangnya. Penerapan kamera seperti ini membuat eksplorasi begitu terbatas. Padahal, melihat dari desain kota atau wilayah-wilayah yang kita kunjungi, banyak hal yang bisa kita temukan andai saja sistem kamera yang diterapkan lebih dinamis.
Ditambah lagi, kami merasa bahwa desain World-Map di Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes nampak sepi, sehingga ketika berjalan menuju suatu destinasi, kami merasa bosan selama perjalanan tersebut.
Combat Mechanics yang Familier dengan Fans Suikoden
Tim Rabbit and Bear nampaknya tahu betapa masifnya penggemar Suikoden. Dengan demikian, mereka membangun combat mechanics di game RPG-nya ini sangat mirip dengan Suikoden. Terdapat 6 karakter yang ada di battle arena dilengkapi dengan command list yang serupa dengan pendahulunya tersebut.
Kendati demikian, Rabbit and Bear membuat combat-nya menjadi lebih dinamis dibandingkan Suikoden. Dalam game RPG-nya ini, mereka sangat menerapkan konsep ‘posisi menentukan prestasi’. Ya, kemampuan masing-masing karakter akan lebih efektif jika diletakkan pada posisinya. Contohnya: karakter dengan kemampuan serangan jarak jauh, akan lebih efektif jika ditempatkan di bagian belakang. Begitu juga dengan karakter dengan kemampuan utama melee. Mereka akan sangat cocok jika berada di barisan depan. Selain itu, yang cukup menjadi sorotan dari sistem combat game ini adalah fitur Gimmick. Fitur ini membuat battle semakin variatif dan mengurangi kebosanan ketika melawan bos.
Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes menerapkan sistem encounter klasik, yakni random encounter. Sebagai penggemar RPG era PS1, kami tidak menolak sistem seperti ini. Untuk meningkatkan level, kami bersedia berkeliling untuk mencari musuh yang di map tak nampak demi mempersiapkan melawan musuh yang lebih kuat.
Selain party-based combat system yang dijadikan combat system utamanya, Hundred Heroes juga menghadirkan mode duel dan turn-based strategy. Meski ada kemiripan pada mode Duel, di game RPG ini, mode satu ini dibuat lebih fluid dibandingkan dengan Suikoden. Mode Duel di Hundred Heroes dibuat lebih dinamis dan dramatis. Ketika memainkan mode Duel, kesan seperti game fighting cukup terasa lantaran gerakan kameranya.
Sementara untuk mode turn-based strategy, Rabbit and Bear mengolahnya menjadi seperti seri Total War. Sebenarnya penerapan ini sudah dilakukan oleh Suikoden 2. Namun, visual full 3D dalam mode ini membuat game ini lebih mirip seri game strategi tersebut. Alhasil, dalam mode ini, terdapat puluhan hingga ratusan serdadu tentara di satu layar.
Karakter Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes dengan Voice Acting
Jika protagonis Suikoden 2 adalah protagonis yang jarang bicara, Nowa adalah antitesisnya. Nowa orang yang sangat ekstrovert dan senang bertemu dengan orang baru. Ia sosok yang lebih aktif berbicara dibandingkan Riou yang hanya bisa menjawab pertanyaan. Selain itu, yang menarik dari Eiyuden Chronicles: Hundred Heroes adalah disertakannya voice acting. Menurut kami adanya suara di setiap karakter ini semakin menekankan karakterisasi masing-masing tokoh. Selain itu, setiap tokoh di game ini juga semakin hidup berkat adanya pengisi suara profesional. Bagi kami, meski dub-nya bukan kelas atas seperti game-game AAA, pengisian suara setiap karakter di game RPG ini sangat baik, kok.
Apakah Unggul Dari Suikoden HD Remaster?
Tak lama setelah rilisnya Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes, Konami—sebagai perusahaan yang telah lama bekerja sama dengan nama-nama besar di balik penggarapan Eiyuden Chronicle—juga merilis versi HD Remaster Suikoden I & II. Entah apa intensi Konami, tetapi Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes mampu menggertak dan memberikan kesan yang positif di balik kekurangan-kekurangannya. Bagi kami, Hundred Heroes mampu mengembalikan nostalgia dengan nuansa yang lebih modern tanpa membawa bendera Suikoden.
Score: 8/10