Setelah sekian lama hanya jadi bahan spekulasi, Final Fantasy Tactics akhirnya resmi akan hadir dalam versi remaster berjudul Final Fantasy Tactics: The Ivalice Chronicles. Game strategi klasik besutan Square Enix ini dijadwalkan rilis pada 30 September 2025 untuk platform PlayStation 4, PlayStation 5, dan Nintendo Switch.
Dalam pengumuman terbarunya, sejumlah kreator penting dari versi orisinal turut memberikan pernyataan, termasuk sutradara Kazutoyo Maehiro, direktur artistik Hiroshi Minagawa, serta penulis naskah dan editor utama, Yasumi Matsuno. Namun, perhatian paling besar datang dari Matsuno, yang mengungkap inspirasi politik di balik cerita kompleks Final Fantasy Tactics—dan bagaimana tema-temanya masih terasa relevan hingga hari ini.
Matsuno menjelaskan bahwa ide cerita Final Fantasy Tactics tak bisa dilepaskan dari konteks krisis ekonomi Jepang awal 1990-an. “Hampir tiga dekade lalu, runtuhnya ekonomi gelembung Jepang menyebabkan krisis keuangan besar, gelombang kebangkrutan korporasi, lonjakan pengangguran, dan stagnasi sosial. Itu masa di mana harapan dirampas dan impian dihitung berdasarkan harga,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Final Fantasy Tactics pertama kali dirilis pada 1997, dan kisahnya mengikuti dua karakter utama: Ramza Beoulve dan Delita Heiral. Keduanya tumbuh dalam sistem sosial yang timpang, namun menempuh jalan yang berbeda untuk menghadapi ketidakadilan di dunia fiktif Ivalice. Ramza melawan sistem yang menindas, sementara Delita memanfaatkannya demi keuntungan pribadi. “Ini adalah kisah tentang takdir yang ganjil, di mana persahabatan dan pengkhianatan saling bersinggungan,” kata Matsuno.
Matsuno dikenal sebagai kreator yang konsisten menyisipkan muatan politik dalam karyanya. Sebelum Final Fantasy Tactics, ia terlibat dalam pengembangan seri Ogre Battle, termasuk Tactics Ogre: Let Us Cling Together—game strategi yang memiliki nuansa tematik serupa dan kemudian turut dirilis di PlayStation.
Dalam konteks hari ini, Matsuno melihat bahwa tema ketimpangan dan konflik sosial yang ia angkat di masa lalu masih memiliki gema kuat. “Di tahun 2025, ketika ketidaksetaraan dan perpecahan masih tertanam dalam masyarakat kita, saya kembali mempersembahkan kisah ini,” ujarnya.
Pernyataannya ditutup dengan sebuah ajakan singkat: “Kehendak untuk melawan ada di tanganmu.”
Meski tak sepopuler Final Fantasy VII saat awal rilisnya, Final Fantasy Tactics perlahan membangun statusnya sebagai game dengan penggemar fanatik. Dunia Ivalice bahkan terus digunakan dalam beberapa seri lain seperti Final Fantasy XII dan Vagrant Story. Versi remaster ini menjadi kesempatan baru bagi generasi gamers masa kini untuk menyelami kembali kisah yang sarat konfilk sosial.