Gabe Newell, pendiri Valve Corporation sekaligus tokoh penting di balik platform distribusi game PC Steam, melontarkan kritik tajam terhadap budaya startup yang mengandalkan investor venture capital (VC). Dalam sebuah wawancara dengan YouTuber Zalkar Saliev, Newell menyebut pendekatan semacam itu justru merusak arah awal sebuah bisnis.
“Ada banyak orang yang memulai dengan keyakinan bahwa mereka butuh dokumen pitch untuk VC demi mendapatkan pendanaan,” ujar Newell. “Tapi menurut saya, itu justru awal yang sangat menyimpang dari tujuan organisasi.”
Newell menekankan bahwa membangun produk untuk konsumen seharusnya menjadi prioritas utama, bukan mempersiapkan pitch demi merayu investor. Menurutnya, jika sebuah produk atau layanan benar-benar memberikan manfaat, pendanaan akan datang dengan sendirinya, dan bahkan mungkin dengan biaya yang lebih murah.
Ia juga menyoroti risiko dari model pendanaan besar-besaran sejak awal. “Kalau kamu sudah keburu menerima dana besar, lalu sadar bahwa kamu harus mewujudkan semua hal yang kamu karang dalam pitch, maka kamu akan terjebak pada kebutuhan untuk merekrut banyak orang dan mengikuti jalur yang keliru. Itu hanya akan menghabiskan uang dan waktu banyak orang,” kata Newell.
Komentar ini terasa relevan di tengah situasi industri teknologi yang kontras. Di satu sisi, perusahaan raksasa seperti Microsoft tengah menikmati posisi pasar yang kuat. Di sisi lain, mereka tetap melakukan pemutusan hubungan kerja massal. Model pertumbuhan yang bergantung pada pembakaran uang investor dan ekspansi cepat mulai dipertanyakan efektivitasnya.
Valve, perusahaan yang didirikan Newell, telah lama menjadi contoh perusahaan teknologi yang sukses tanpa bergantung pada pendanaan eksternal. Steam, platform distribusi digital besutan Valve, kini mendominasi pasar game PC dengan model bisnis yang menguntungkan, yakni potongan 30 persen dari setiap transaksi. Perusahaan ini juga dikenal dengan struktur internal yang unik, minim hierarki, dan mengutamakan kebebasan bereksperimen bagi karyawannya.
“Fokus utama harus selalu pada pelanggan, mitra, dan karyawan,” kata Newell. “Kalau kamu bisa membuat pelanggan lebih bahagia, membangun bisnis akan jauh lebih mudah. Segala sesuatu yang lain akan mengikuti.”
Newell sendiri kini hidup sebagai miliarder, namun pendekatan bisnisnya tetap mengedepankan prinsip kesederhanaan dan keberlanjutan. Dalam wawancara yang sama, ia mengaku rutinitasnya hanya terdiri dari tiga hal, di antaranya bangun tidur, bekerja, dan menyelam scuba.