GameChanger Studio resmi merilis demo 1998: The Toll Keeper Story di Steam. Versi uji coba ini dapat dimainkan secara terbatas mulai 24 Juli hingga 4 Agustus 2025, bertepatan dengan ajang Carnival of Chaos yang digagas oleh Neon Doctrine sebagai etalase bagi berbagai judul game independen yang menjanjikan.
Game ini berkisah tentang Dewi, seorang perempuan hamil yang bekerja sebagai penjaga gerbang tol di negara fiktif bernama Janapa. Dalam dunia yang diwarnai kekacauan politik, krisis ekonomi, dan ketegangan sosial, Dewi dihadapkan pada situasi yang tidak ideal, antara mengikuti aturan atau melindungi keluarganya dari kehancuran. Narasi dalam 1998: The Toll Keeper Story terinspirasi dari krisis moneter yang mengguncang Indonesia pada 1998, dan lewat tokoh Dewi, pengalaman kolektif masyarakat sipil dalam masa tersebut dihidupkan kembali melalui sudut pandang personal dan emosional.
Demo berdurasi sekitar satu jam ini memperkenalkan sistem bermain yang menggabungkan simulasi dengan eksplorasi narasi. Pemain diminta untuk memeriksa keaslian uang, mengecek dokumen kendaraan, dan menentukan siapa saja yang diizinkan melewati gerbang tol. Setiap interaksi membawa risiko dan konsekuensi yang harus ditanggung, karena latar belakang tiap pengemudi yang datang membawa kompleksitasnya masing-masing. Melalui titik ini, cerita-cerita kecil dari masyarakat Janapa terurai, menyuarakan keresahan, harapan, dan solidaritas dalam kondisi penuh ketidakpastian.
Kisah Dewi tidak sekadar menggambarkan perjuangan fisik seorang ibu hamil di tengah krisis. Ia juga merupakan potret tentang bagaimana orang biasa dipaksa menghadapi realitas yang tak bisa mereka kendalikan. Ketangguhan menjadi satu-satunya pilihan di tengah keterbatasan bahan pangan, kondisi keamanan yang memburuk, dan rasa takut yang terus mengintai. Dengan dukungan cerita persahabatan dan dilema moral yang kental, 1998: The Toll Keeper Story tidak hanya menyentuh soal pilihan-pilihan pribadi, tetapi juga memperlihatkan pertarungan batin yang kerap dialami mereka yang hidup di masa penuh gejolak.
Game ini dikembangkan oleh GameChanger Studio, pengembang asal Tangerang yang sebelumnya dikenal lewat trilogi My Lovely, yakni My Lovely Daughter, My Lovely Wife, dan My Lovely Empress. Studio ini dikenal luas karena pendekatan naratif yang kuat, mekanik unik, serta keberanian menyentuh tema-tema yang jarang diangkat pengembang lokal. Dengan 1998: The Toll Keeper Story, GameChanger untuk pertama kalinya mencoba menyelami wilayah yang lebih politis dan historis, menawarkan pengalaman yang lebih membumi dan kontekstual.
CEO GameChanger Studio, Riris, mengatakan bahwa game ini tak hanya soal bertahan secara fisik, tetapi juga tentang daya tahan emosional manusia. “Ini adalah gambaran tentang bagaimana orang biasa harus bertahan hidup di tengah ketidakpastian kondisi keamanan, kekurangan persediaan makanan, sangat ketakutan, dan tidak tahu harus berbuat apa untuk keluar dari kondisi yang sangat menekan itu,” ujarnya.
Secara visual, 1998: The Toll Keeper Story menggunakan gaya estetik khas era 90-an, dengan tekstur menyerupai cetakan dot matrix, nuansa kertas tua, dan filter biru yang memperkuat suasana nostalgia sekaligus kecemasan zaman itu. Desain ini bukan sekadar pilihan gaya, melainkan bagian dari narasi besar yang ingin disampaikan game ini, yaitu tentang keterbatasan, tentang realitas yang tidak bisa dipoles, dan tentang hidup di masa yang tidak memberikan banyak ruang untuk berharap.
Belum ada kepastian kapan versi penuh 1998: The Toll Keeper Story akan dirilis, namun versi demonya saat ini telah memberikan gambaran kuat tentang arah dan kedalaman game ini. Dalam situasi dunia yang terus berubah dan penuh ketidakpastian, game ini hadir sebagai pengingat bahwa kisah orang kecil, keputusan sehari-hari, dan keteguhan hati tetap memiliki tempat penting dalam narasi besar sejarah.