Beberapa tahun belakangan ini, game remake adalah fenomena yang kerap terjadi di industri game. Banyak developer yang mengangkat kembali game-game lama dengan teknologi grafis baru. Bukan sekadar meningkatkan resolusi agar dapat dimainkan pada teknologi yang lebih relevan di era ini, melainkan juga membangunnya dari awal. Bahkan beberapa dari mereka memiliki gameplay yang sangat sekali berbeda dengan game orisinalnya.
Romantisasi masa lalu memang memiliki pesonanya sendiri. Di era sekarang, di mana menggali suatu karya dari masa lampau lebih mudah berkat internet, menemukan mereka malah bisa dianggap menemukan suatu yang baru. Di musik dan fashion, busana yang sempat dijadikan kiblat generasi yang tumbuh di tahun 90-an dan 2000-an, diangkat kembali oleh generasi yang tumbuh dewasa di era sekarang.
Film yang sempat populer di era dahulu juga dapat dinikmati oleh penikmat hari ini. Bahkan, ekosistem game pun juga mengglorifikasi masa lalu. Bisa kita lihat arahan artistik yang mengarah ke zaman 16-bit dirayakan oleh banyak gamers, bahkan gamers generasi sekarang. Ya, kami pun percaya bahwa tren akan terus berputar seperti berenkarnasi entah dalam bentuk yang serupa ataupun telah dimodifikasi.
Upaya developer untuk mengangkat kembali game-game lawas banyak yang menganggap adalah sebuah kemalasan. Terutama developer game AAA yang sering menghadirkan kembali game-game yang pernah rilis 1 dekade lebih. Pasalnya, alih-alih menciptakan IP baru, mereka dianggap bermain aman dengan menghadirkan kembali game-game lama. Kami mungkin memiliki anggapan yang sama jika konteks merilis ulang ini adalah remastered, apalagi versi remastered game yang usianya belum 10 tahun. Lantas, apakah membuat game ulang dari awal adalah sebuah kemalasan?
Apakah Game Remake adalah Fenomena Baru?
Jika kita menelaah lebih jauh, sebenarnya fenomena membangun kembali sebuah game lama menjadi game ‘baru’ juga sudah lama terjadi. Pada tahun 1999, seorang game desainer, Richard Rous III, pernah menulis perihal membuat kembali game lama menjadi sesuatu yang baru. Di era PlayStation di mana teknologinya sudah mampu menampung data lebih besar dan kemampuan pengolahan grafis lebih canggih, visual dengan format 3D menjadi sebuah standar baru di industri game. Teknologi nan powerful ini mendorong beberapa developer untuk mencari peruntungan dengan membuat game yang awalnya berbasiskan 2D pixelated menjadi 3D.
Di tahun 90-an, Konami mencoba peruntungan untuk mengangkat judul lamanya ke format yang lebih modern. Ya, judul itu adalah Contra. Kejayaan Nintendo Entertainment System berbanding lurus dengan kesuksesan Contra. Contra bisa dianggap sebagai game shooter yang mendefinisikan generasi yang tumbuh di tahun 80-an. Sayangnya, popularitas Contra tak dapat dikembalikan meski dengan teknologi baru. Padahal, di game Contra: Legacy of War yang rilis pada tahun 1996, Konami mencoba bereksperimen dengan dimensi yang lebih luas.
Akan tetapi, perubahan format visual tidak selalu membuahkan kegagalan saja. Nyatanya, banyak proyek game remake yang berhasil secara komersial. Salah satunya adalah game klasik Frogger. Secara gameplay, tak ada yang banyak berubah di Frogger PS1. Sang pengembang—Sony Computer Entertainment—mencoba membuat sang kodok beserta lingkungannya menjadi terlihat definitif. Kendati banyak menimbulkan pro dan kontra di kalangan gamers, Frogger di PlayStation pertama mampu menyandang gelar salah satu game PS1 terlaris.
Suksesnya Game Remake
Kita bisa melihat pola yang serupa ketika ada sebuah teknologi atau konsol baru yang lebih canggih. Beberapa developer mencoba mengejawantahkan kembali karya klasik menjadi game yang sangat berbeda dari aspek visual maupun sistem gameplay. Ketika pintu gerbang 3D dibuka semakin luas dengan kehadiran PS1 dan Sega Saturn, game yang sempat populer dengan visual 2D, digarap kembali dengan dimensi yang lebih luas. Bagitu juga dengan era 128-bit yang mampu menyuguhkan visual dengan poligon jauh lebih banyak. Game-game klasik yang dulunya hadir dengan visual 2D seperti Dragon Quest V, dibangun kembali dengan teknologi graphics 3
Hadirnya PlayStation 4, menambah hasrat para developer membuat kembali game-game klasiknya. Seperti yang kita ketahui, konsol generasi keempat dari PlayStation ini didukung oleh teknologi yang lebih bertenaga dan mampu menghadirkan visual yang lebih detail. Alhasil, developer besar seperti Capcom dan Square Enix mencoba menggarap kembali game yang dulu sempat populer di era kejayaan PS1, seperti Resident Evil series dan Final Fantasy VII.
Capcom dengan RE Engine-nya untuk Resident Evil 2 dan 3 Remake, serta Square Enix yang menggunakan Unreal Engine 4 untuk Final Fantasy VII ternyata sangat didukung keberadaannya oleh gamers. Mereka bersuka cita atas kehadiran game-game ini. Penjualan RE Remake series cukup memenuhi ekspektasi. Begitu juga dengan Final Fantasy VII.
Teknologi gaming yang berkembang 5 tahun belakang ini, memperkuat lagi alasan para developer membuat game remake. Square Enix kembali melanjutkan episode kedua dari tiga rangkaian Final Fantasy VII Remake. Capcom juga kembali merilis Resident Evil 4 Remake di PS5 dan juga PC. Konami pun juga tak mau ketinggalan untuk bermain di kolam game remake ini. Perusahaan game yang sudah lama berkecimpung di industrinya ini memiliki beberapa daftar game remake yang telah atau akan dirilis, di antaranya: Silent Hill 2 Remake, Silent Hill 1 Remake, dan Metal Gear Solid Delta: Snake Eater.
Remake vs Remaster: Apa Bedanya?
Penting untuk memahami bahwa remake adalah sesuatu yang berbeda dari remaster. Meski sering disamakan, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Dalam remaster, pengembang biasanya hanya meningkatkan grafis dan suara tanpa mengubah elemen gameplay utama. Contohnya seperti Dark Souls Remastered atau The Last of Us Remastered. Di sisi lain, remake adalah pengerjaan ulang penuh dari sebuah game, sering kali dengan elemen gameplay yang dirombak, peningkatan grafis yang jauh lebih signifikan, bahkan adanya penambahan dari aspek cerita, tanpa meninggalkan inti dari game tersebut.
Keuntungan dan Tantangan Membuat Remake
Melihat dari sejarah-sejarahnya, membuat remake adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, developer memiliki blueprint game orisinalnya tanpa perlu menulis ulang cerita atau membangun semesta game dari nol. Di sisi lain, ekspektasi penggemar terhadap game klasik yang mereka cintai sangat tinggi, sehingga setiap perubahan yang dilakukan, sekecil apa pun, bisa menjadi bumerang jika tidak sesuai harapan.
Sebuah game remake yang berhasil akan dirayakan dan dipuja-puja oleh para gamers. Sebaliknya jika game tersebut gagal. Di sini dapat dilihat bahwa peran gamers dalam membuat game sudah tidak bisa dianggap remeh. Kita sebagai gamers sudah semakin teredukasi melihat pengalaman yang terjadi di industri game belakangan ini yang sempat menjadikan keuntungan adalah dewanya.
Masa Depan Remake dalam Industri Game
Jika kamu bertanya-tanya, apakah remake adalah tren yang akan terus berkembang? Kemungkinan besar jawabannya adalah ya. Dengan teknologi yang semakin maju, para pengembang game memiliki lebih banyak alat untuk membawa kembali game-game klasik dengan tampilan dan rasa yang lebih baik. Dan selama ada permintaan dari pemain, remake akan tetap menjadi bagian penting dari industri ini.
Game seperti Final Fantasy VII Remake bahkan tidak hanya merekonstruksi game asli, tetapi juga memperluas narasi dan karakter-karakter yang ada. Ini menunjukkan bahwa remake bisa menjadi medium untuk mengeksplorasi aspek-aspek baru dari cerita dan gameplay yang mungkin tidak terwujud dalam versi aslinya.
Simpulan: Seharusnya Bukan Sekadar Nostalgia, Melainkan Upaya Pelestarian Juga
Dalam kesimpulan, remake adalah sebuah tren yang menawarkan lebih dari sekadar kesempatan untuk bernostalgia. Ini adalah cara bagi para pengembang untuk membawa kembali game klasik, memperkenalkan mereka kepada audiens baru, dan bahkan memperbaiki elemen yang mungkin tidak sempurna pada versi asli. Meski tidak semua remake berhasil, banyak di antaranya yang mendapatkan tempat spesial di hati para pemain.
Jika kamu adalah penggemar berat game, pastikan untuk mengikuti infromasi perihal game dan industrinya di website Gameformia! Dapatkan informasi terbaru seputar game, teknologi, dan tren lainnya di industri ini. Jangan lupa ikuti Gameformia di YouTube, Instagram, dan Facebook untuk konten-konten seru setiap hari!