Upin & Ipin Universe, game yang mengangkat karakter ikonik dari serial animasi anak-anak asal Malaysia, resmi dirilis pada 17 Juli 2025. Namun, alih-alih mendapat sambutan hangat, peluncuran ini justru memicu gelombang kritik di kalangan gamer Malaysia. Penyebab utamanya adalah harga jual yang dianggap terlalu tinggi.
Game ini dibanderol sekitar RM170 di berbagai platform digital. Rinciannya: RM177,39 untuk versi PC di Steam dan Epic Games Store, RM172,18 di PlayStation Store untuk konsol PS4 dan PS5, serta USD39,99 (sekitar RM169,92) untuk Nintendo Switch melalui Nintendo eShop. Harga tersebut dinilai tidak sebanding dengan kualitas dan jenis game yang ditawarkan.
Dikembangkan oleh Streamline Studios bersama Les’ Copaque Production, Upin & Ipin Universe mengusung format open-world dengan latar Kampung Durian Runtuh. Pemain bisa menikmati lebih dari 12 jam cerita utama serta aktivitas tambahan seperti berkebun, memancing, memasak, hingga pertarungan. Game ini dibangun dengan Unreal Engine 5, menyuguhkan sulih suara lengkap dalam bahasa Malaysia dan Inggris, serta mode co-op lokal tanpa tambahan konten berbayar.
Meski secara teknis menawarkan format yang lebar skalanya, harga jualnya justru menjadi bahan perdebatan publik. Di media sosial seperti Facebook, X (sebelumnya Twitter), dan Reddit, banyak pengguna menyebut harga game ini tidak masuk akal. Mereka menilai, sebagai game lokal yang menyasar segmen keluarga dan anak-anak, harganya terlalu tinggi untuk ukuran produk independen.
Sebagian bahkan membandingkan Upin & Ipin Universe dengan game kelas AAA yang biasanya dijual di kisaran RM250–RM300. Meski lebih mahal, game AAA dinilai memiliki kualitas teknis, durasi bermain, dan kompleksitas gameplay yang jauh melampaui. Tak sedikit pula yang mengaku memilih menunggu diskon atau bahkan mempertimbangkan jalur unduhan ilegal sebagai bentuk protes terhadap harga yang dianggap tak wajar.
Lebih dari sekadar masalah harga, kritik juga meluas ke persoalan internal di tubuh Streamline Studios. Di media sosial, muncul tuduhan bahwa studio tersebut menunggak gaji karyawan dan iuran EPF (Employee Provident Fund) selama berbulan-bulan. Ada pula laporan tentang pemecatan sepihak tanpa kompensasi layak. Beberapa pengguna yang mengangkat isu ini di forum Steam mengklaim telah diblokir dari diskusi.
Belum ada tanggapan resmi dari pihak pengembang terkait tuduhan-tuduhan ini.
Sementara itu, ulasan awal terhadap game ini menunjukkan respons yang campur aduk. Di platform Steam, hanya 49 persen dari total 37 ulasan yang memberi penilaian positif. Walau banyak pemain mengapresiasi unsur budaya lokal yang diangkat dalam game, kritik terhadap bug, kualitas grafis, dan performa teknis yang buruk turut membayangi.
Meski demikian, tak sedikit pula yang membela keputusan harga tersebut. Menurut mereka, harga yang dipatok masih sesuai dengan standar internasional untuk game digital. Dukungan terhadap industri game lokal juga menjadi alasan mereka tetap membeli game ini. Beberapa bahkan menyindir bahwa sebagian pengkritik mungkin bukan benar-benar gamer, melainkan hanya terbiasa memainkan game gratis di ponsel atau mengumpulkan game PC tanpa membeli.