Di tengah gelombang PHK massal dan penutupan studio di industri game global, kritik terhadap arah bisnis yang terlalu berorientasi pada keuntungan jangka pendek semakin kencang. Salah satu suara yang menyuarakan kegelisahan itu datang dari Michael Douse, Kepala Publisher di Larian Studios, studio di balik kesuksesan Baldur’s Gate 3.
Menurut Douse, asumsi bahwa semua game harus gratis agar bisa menjangkau pemain adalah pandangan keliru. “Saya rasa salah satu kesalahpahaman besar adalah anggapan bahwa pemain ingin game gratis. Yang sebenarnya mereka inginkan adalah game yang bagus. Bisa free-to-play, bisa juga berbayar, asal bagus,” ujarnya.
Pernyataan ini muncul menyusul gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan Microsoft terhadap sejumlah studio di bawah payung Xbox. Langkah tersebut memicu kritik dari berbagai pihak yang menilai strategi bisnis Microsoft terlalu terpaku pada model langganan seperti Game Pass, sambil mengabaikan keberlanjutan industri dan kesejahteraan para pengembang.
Douse menilai bahwa industri game memang bersifat hit-driven atau berbasis pada seberapa besar sebuah judul bisa meledak di pasar. Namun, ia mengingatkan bahwa tidak semua game harus menjadi fenomena untuk bisa dianggap sukses.
“Kalau kamu sudah punya audiens, lalu benar-benar fokus pada niche kamu, kamu tidak harus meraih skor tinggi atau menjangkau massa untuk berhasil,” katanya. “Menjangkau audiens luas tidak selalu berarti sukses. Farming Simulator saja mungkin akan tetap hidup lebih lama dari kita semua.”
Dalam pernyataannya, Douse juga mengkritik praktik sejumlah perusahaan besar yang membeli studio pengembang hanya untuk mempercepat produksi konten. Tanpa menyebut nama, sindiran ini bisa merujuk pada raksasa seperti Activision Blizzardy atau Sony yang sedang kesulitan dengan proyek-proyek live service mereka.
Larian sendiri menjadi contoh keberhasilan pendekatan yang berfokus pada kualitas dan integritas desain. Baldur’s Gate 3 terbukti berhasil tanpa harus mengorbankan kompleksitas sistem RPG-nya demi menarik pemain kasual. Banyak pemain justru menikmati proses belajar mekanik Dungeons & Dragons serta mekanisme turn-based.
Meski model free-to-play seperti Fortnite masih mendominasi industri, Douse menekankan bahwa yang membuat game bertahan bukanlah gratisnya, melainkan kualitasnya. “Gratis atau tidak, kalau gamenya bagus, pemain akan datang,” ujarnya.
Di sisi lain, kegagalan game seperti Concord, yang oleh sebagian pihak dinilai seharusnya dirilis secara gratis seperti Overwatch 2 atau Marvel Rivals, menunjukkan bahwa strategi rilis pun tidak bisa disamaratakan. Namun, Douse menegaskan bahwa pengembang sebaiknya tidak terjebak tren dan tetap memprioritaskan kualitas serta komunitas mereka.
Di tengah ketidakpastian yang terus membayangi industri game saat ini, suara dari Larian menjadi pengingat bahwa kesuksesan jangka panjang tidak bisa dibeli dengan strategi instan. Yang dibutuhkan adalah visi yang jelas, game yang berkualitas, dan kepercayaan pada pemain yang tahu apa yang mereka cari.