Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak 2020 tak hanya mengubah cara manusia menjalani hidup, tetapi juga menginspirasi sejumlah karya. Salah satunya adalah Death Stranding 2: On the Beach, game terbaru dari Hideo Kojima, yang turut dibentuk oleh pengalaman pribadi sang kreator selama masa lockdown global.
Dalam kunjungannya ke Taipei dalam rangkaian Death Stranding World Strand Tour 2, Kojima mengungkap bahwa proses pengembangan sekuel Death Stranding sebenarnya sudah dimulai sebelum pandemi. Namun, perubahan drastis dalam kehidupan global mendorongnya untuk menyusun ulang narasi agar mencerminkan situasi nyata yang terjadi di dunia.
“Selama pandemi, saya merasa benar-benar kesepian. Kantor kosong, semua bekerja dari rumah, dan saya pun sempat jatuh sakit,” ujar Kojima dalam wawancara bersama Geek Culture. “Saya sering berjalan kaki sendirian di jalanan yang sepi. Rasanya seperti dunia telah berakhir.”
Kondisi jalan-jalan yang biasanya ramai menjadi kosong total, bangku-bangku umum ditutup, dan hampir tak ada manusia di luar rumah. Pemandangan itu, kata Kojima, menjadi cermin langsung dari dunia pasca-apokaliptik dalam Death Stranding. Perasaan keterasingan dan keterputusan menjadi bahan bakar utama dalam membentuk dunia dan karakter di sekuel ini.
Dalam game pertamanya, Death Stranding menceritakan Sam Porter Bridges, seorang kurir yang bertugas mengantarkan barang ke komunitas-komunitas terpencil pasca-bencana, dan secara perlahan menghubungkan kembali mereka melalui jaringan komunikasi nirkabel. Tanpa disadari, konsep ini ternyata memiliki kemiripan yang mengejutkan dengan realitas pandemi yang memaksa manusia terisolasi dan bergantung pada teknologi untuk tetap terhubung.
“Pemerintah bahkan sempat melarang warga keluar rumah. Rasanya seperti hidup dalam darurat militer,” ujar Kojima. Kondisi ini menjadi refleksi yang kuat atas tema utama Death Stranding 2, yakni mengenai keterhubungan manusia, kesepian, dan upaya untuk kembali membangun jembatan antarindividu di tengah keterputusan.
Tak hanya dari sisi narasi, kekuatan visual dalam Death Stranding 2 juga mendapatkan perhatian khusus melalui tangan dingin Yoji Shinkawa, pengarah artistik yang telah menjadi mitra kerja Kojima selama lebih dari tiga dekade sejak Policenauts (1994). Salah satu desain yang menonjol adalah Ghost Mechs berwarna merah, yang terinspirasi dari bentuk peti mati dan menampilkan kesan ritualistik serta destruktif.
“Desainnya ingin menunjukkan sesuatu yang unik, yang hanya bisa muncul dari dunia game,” kata Shinkawa. Kepala karakter tersebut bahkan terinspirasi dari desain ikonik H.R. Giger dalam film Alien, menciptakan visual yang terasa asing namun juga akrab bagi pemain.
Hubungan profesional Kojima dan Shinkawa pun menjadi fondasi penting bagi lahirnya karya-karya mereka. Shinkawa mengaku bahwa awalnya ia hampir bekerja di proyek game tembak-tembakan zombie di Konami karena ingin mendalami model 3D. Namun, tawaran Kojima untuk ikut dalam proyek Metal Gear Solid mengubah arah kariernya secara drastis.
“Kalau bukan karena dia, saya mungkin tidak akan ada di sini,” ujar Shinkawa.
Pada masa awal kerja sama, komunikasi keduanya pun sangat manual. “Dia membuat model Metal Gear Rex di rumah, dan karena belum ada email, saya meneleponnya setiap jam 5 sore untuk menanyakan progresnya,” kenang Kojima sambil tertawa.
Dalam Death Stranding 2, sejumlah elemen baru pun ditambahkan sebagai bagian dari perluasan dunia. Salah satunya adalah terminal berbentuk cincin yang dikenakan oleh Sam, yang berbeda dengan bentuk borgol di game pertama. Menurut Kojima, perubahan ini penting karena Sam sudah bukan lagi bagian dari organisasi Bridges. Kini, terminal tersebut digunakan oleh setiap anggota markas pusat dengan cara yang berbeda, termasuk jari yang digunakan untuk mengaktifkannya.
Shinkawa sendiri menekankan pentingnya perhatian terhadap hal-hal kecil dalam desain. Ia menyebut kendaraan seperti truk kecil dan sepeda roda tiga sebagai contoh desain yang hanya bisa hidup di dalam dunia game (tidak realistis, namun memberi pengalaman interaktif yang khas)
Kojima menyebut bahwa inti dari Death Stranding 2 adalah tentang menyambungkan kembali dunia yang sempat terputus. Tim pengembang menghadirkan berbagai pendekatan gameplay, dari pertempuran langsung hingga stealth.
Kini setelah game tersebut dirilis dan mendapat sambutan hangat, Kojima juga mulai merenungkan makna hidup dan siklus keberadaan manusia, terutama setelah mengalami masalah kesehatan yang membuatnya harus menjalani operasi.
“Segalanya berasal dari ketiadaan, lalu cahaya, lalu terus berputar. Jika dilihat dari sudut pandang luas, kehidupan itu selalu berevolusi,” ujar Kojima, yang kini berusia 61 tahun. “Sama seperti manusia. Anak dibesarkan oleh orang tua, lalu tumbuh menjadi dewasa dan membesarkan anaknya. Itu adalah siklus yang berulang.”
Dari kesendirian yang mencekam di jalanan kosong, lahirlah karya yang merayakan koneksi. Death Stranding 2 tak hanya sebuah game, tapi juga catatan reflektif tentang bagaimana manusia bertahan, terhubung kembali, dan melangkah maju, bahkan dari reruntuhan yang paling sunyi.