Akuisisi Electronic Arts (EA) senilai USD 55 miliar (sekitar Rp880 triliun) oleh konsorsium investor yang dipimpin Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi memunculkan spekulasi baru mengenai nasib studio-studio di bawah naungan perusahaan tersebut. Salah satu yang paling disorot adalah BioWare, kreator seri Dragon Age dan Mass Effect.
Mark Darrah, veteran BioWare yang lama terlibat dalam pengembangan Dragon Age, menilai masa depan studio RPG itu kini berada dalam ketidakpastian. Dalam video terbarunya di YouTube, ia mengingatkan bahwa restrukturisasi EA pasca-akuisisi bisa membuka jalan bagi penjualan studio maupun hak cipta intelektual (IP) besar.
Dari total USD 55 miliar akuisisi, sekitar USD 20 miliar berupa utang dari JPMorgan. Menurut Darrah, beban utang ini dapat memaksa EA untuk mencari pemasukan cepat, termasuk dengan menjual studio atau IP yang selama ini dibiarkan tidak aktif.
“EA punya banyak sekali IP yang hanya dibiarkan tidur. Struktur baru ini kemungkinan tidak tertarik untuk menghidupkan kembali semuanya,” kata Darrah. “Salah satu opsi adalah menjualnya, bahkan mungkin juga melepas studio yang sudah lama tidak produktif.”
Darrah menyebut EA Sports hampir pasti dipertahankan karena konsistensi pendapatannya. Namun, divisi EA Entertainment dinilai lebih rentan dijual ke pihak lain yang memiliki modal besar.
Pertanyaan besar kemudian muncul: apa artinya bagi BioWare? Darrah menilai rekam jejak studio RPG itu, yang dikenal dengan narasi progresif, bisa berbenturan dengan kepentingan pemilik baru.
“Sulit membayangkan BioWare tiba-tiba berbalik arah dari pesan progresif menjadi sebaliknya hanya karena faktor politik,” ujarnya. “Kalaupun itu dipaksakan, persepsi publik terhadap game BioWare akan jatuh bebas.”
Dengan kondisi tersebut, BioWare berisiko dianggap tidak lagi cocok berada dalam struktur EA yang baru.
Darrah menekankan bahwa selama ini EA relatif enggan menjual studio. Namun, ia menyebut akuisisi kali ini berbeda karena melibatkan utang besar. “Sangat kecil kemungkinan EA tetap sama dalam status privat, terutama dengan beban utang sebesar itu,” kata dia.
CEO EA, Andrew Wilson, telah menegaskan kepada karyawan bahwa “nilai-nilai perusahaan dan komitmen terhadap pemain tetap tidak berubah.” Namun, kepemilikan mayoritas oleh PIF membuat banyak pihak skeptis, khususnya terhadap studio dengan identitas progresif seperti BioWare.
Sejauh ini, semua analisis yang muncul masih bersifat spekulatif. Namun akuisisi ini jelas mengguncang peta industri game global. Jika benar EA mulai melepas IP atau studio, nasib BioWare—salah satu pilar RPG Barat—bisa menjadi taruhan besar dalam pergeseran kekuatan industri game dunia.

 
		