Pada akhir 1990-an, Minh Le, yang lebih dikenal dengan nama samaran ‘Gooseman’, masih seorang mahasiswa berusia 20 tahun saat bersama Jess Cliffe mengembangkan modifikasi sederhana untuk Half-Life. Mod itu kemudian menjelma menjadi Counter-Strike, salah satu game tembak-menembak paling berpengaruh sepanjang masa. Tak lama setelah versi beta dirilis pada Juli 1999, Valve, pengembang Half-Life, mengakuisisi Counter-Strike sekaligus merekrut Le dan Cliffe ke dalam tim.
Sejak versi penuhnya dirilis pada 9 November 2000, Counter-Strike menjelma menjadi fenomena global. Kini, 25 tahun kemudian, Counter-Strike 2 mencatatkan rata-rata 1,6 juta pemain aktif harian dan diperkirakan menghasilkan sekitar satu miliar dolar per tahun bagi Valve.
Namun, Minh Le tidak lagi berada di sana untuk menyaksikan pencapaian itu.
Dalam wawancara eksklusif bersama PCGamesN, Le mengungkap alasan di balik keputusannya meninggalkan Valve. “Saat itu saya ingin membuat game yang bisa saya bentuk dari awal. Tapi Counter-Strike sudah terlalu mapan dan tak bisa diubah karena komunitasnya sangat protektif terhadap gaya main yang sudah ada,” ujar Le.
Le sempat mengembangkan proyek sekuel Counter-Strike 2.0, namun idenya dianggap terlalu berisiko oleh Valve yang khawatir mengganggu keseimbangan formula yang sudah terbukti sukses. Ia pun akhirnya keluar untuk membangun Tactical Intervention, yang kemudian menjadi cikal bakal dari proyek barunya saat ini, yaitu Alpha Response.
Keputusan itu, menurut Le, diambil secara baik-baik. Namun dalam penuturannya, ia juga tak menampik adanya penyesalan. “Keputusan meninggalkan Valve dari segi finansial adalah keputusan yang buruk. Andai saya bertahan, mungkin saya sudah pensiun sekarang,” katanya.
Meski demikian, ia mengaku banyak belajar dari keputusan tersebut. “Saya memang membuat sejumlah kesalahan dalam perjalanan karier saya. Tapi saya tumbuh sebagai pengembang dan jadi lebih matang dalam membangun game,” ujarnya.
Kini, Minh Le kembali dengan Alpha Response, sebuah game FPS kooperatif yang masih dalam tahap early access namun sudah menarik perhatian komunitas. Meski belum sepopuler Counter-Strike, game ini disebut-sebut sebagai salah satu judul FPS paling menjanjikan dalam beberapa tahun terakhir.
“Saya senang Counter-Strike masih dimainkan, meski audiensnya berbeda dari yang saya bayangkan dulu,” kata Le. “Tapi jika orang-orang masih bisa menikmati sesuatu dari game itu, saya bahagia.”