Keputusan Microsoft untuk memangkas sekitar 9.000 karyawan, termasuk sejumlah pengembang dari berbagai studio internal Xbox, menuai kritik keras dari serikat pekerja. Pemutusan hubungan kerja ini dilakukan di tengah kondisi keuangan perusahaan yang justru sedang berada pada titik tertingginya.
Communications Workers of America (CWA), serikat pekerja yang mewakili banyak tenaga kerja di sektor media dan teknologi, termasuk di dalam Microsoft, menyampaikan kecaman melalui pernyataan resmi yang dirilis belum lama ini. Presiden CWA, Claude Cummings Jr., menyebut langkah PHK tersebut tidak hanya mengecewakan, tetapi juga tidak etis mengingat Microsoft tengah mencetak keuntungan besar.
“Kami sangat kecewa atas keputusan Microsoft yang kembali melakukan PHK massal, termasuk terhadap anggota kami yang berada di bawah perlindungan serikat, di saat perusahaan mencatatkan kinerja keuangan yang luar biasa,” ujar Cummings. “Kami akan menempuh jalur perundingan, dan para wakil distrik CWA akan tetap terlibat untuk memastikan seluruh pekerja diperlakukan dengan martabat selama proses ini berlangsung.”
Cummings juga menyoroti tren konsolidasi besar-besaran yang tengah melanda industri teknologi dan hiburan. Menurutnya, konsolidasi dan disrupsi yang terjadi justru memperkuat pentingnya keberadaan serikat pekerja sebagai benteng terakhir perlindungan buruh.
Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Microsoft pada tahun fiskal terakhir mencetak pendapatan sebesar 245 miliar dolar AS, dan telah menyelesaikan akuisisi raksasa game Activision Blizzard senilai hampir 70 miliar dolar setelah melalui proses panjang melawan otoritas antimonopoli Amerika Serikat.
Ironisnya, pada awal akuisisi tersebut, hubungan Microsoft dan CWA sempat terlihat membaik. Keduanya bahkan menandatangani kesepakatan netralitas pada 2022 yang dianggap terobosan penting dalam sejarah perburuhan industri game. Namun seiring waktu, proses negosiasi stagnan, dan gelombang PHK terus berlangsung dari tahun ke tahun.
Kekecewaan semakin mendalam ketika diketahui bahwa salah satu game yang dibatalkan dalam gelombang PHK kali ini disebut sebagai proyek yang sangat menjanjikan, bahkan disebut sulit dilepaskan oleh kepala divisi Xbox, Phil Spencer. Namun, proyek ambisius dan kesuksesan finansial ternyata tak mampu menyelamatkan para pengembang yang bekerja keras di balik layar.
Paket kompensasi besar-besaran kepada CEO Microsoft, Satya Nadella, yang mencapai lebih dari 79 juta dolar AS pada 2024, hanya memperkuat kesan adanya jarak yang semakin lebar antara jajaran eksekutif dan pekerja.
“Berita ini tidak akan menghentikan perjuangan kami untuk membangun industri game yang berpihak pada mereka yang menciptakan karya-karya hebat di dalamnya. Kekuatan kami terletak pada solidaritas,” tegas Cummings, menutup pernyataannya.
Belum ada informasi lebih lanjut terkait langkah konkret dari CWA pasca pengumuman PHK ini, namun organisasi tersebut memastikan akan terus memperjuangkan hak dan nasib para pekerja yang terdampak.