Produser sekaligus presiden Omega Force, Tomohiko Sho, kembali menarik perhatian penggemar setelah menjawab sejumlah pertanyaan yang sebelumnya tidak sempat dibahas dalam siaran langsung resmi Koei Tecmo pada 26 September lalu. Melalui serangkaian unggahan di akun resmi Dynasty Warriors di X (sebelumnya Twitter), Sho berbagi cerita di balik layar proses pembuatan game hack-and-slash yang telah berumur lebih dari dua dekade itu.
Sho membuka unggahannya dengan ucapan terima kasih kepada penonton siaran langsung tersebut. Ia menjelaskan bahwa karena keterbatasan waktu, banyak pertanyaan dari penggemar yang belum terjawab di segmen “Sekarang Aku Bisa Mengatakannya!? Pertanyaan tentang Seri Dynasty Warriors.” “Karena waktu terbatas, saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara bertahap di sini (di X). Namun karena ini bukan siaran langsung, ada beberapa hal yang harus saya tahan untuk tidak saya katakan,” tulisnya.
Dari sekian banyak pertanyaan yang dikirim penggemar, tiga di antaranya sudah dijawab. Satu membahas kemungkinan kolaborasi Dynasty Warriors: Origins dalam bentuk kafe tematik di Jepang, sedangkan dua lainnya menyinggung aspek dalam game itu sendiri. Sho mengatakan, belum ada rencana membuka kafe kolaborasi, namun hal itu bisa berubah jika ada cukup banyak permintaan dari penggemar.
Salah satu pertanyaan menarik datang dari penggemar Dynasty Warriors 3, yang menyoroti mode edit pembuka dalam game tersebut. Dalam mode itu, karakter Xu Chu memiliki adegan unik: alih-alih menaiki gajah seperti karakter lain, ia justru menyerbu dengan palu raksasa dan melempar para prajurit di sekitarnya. Menurut Sho, adegan itu bukan hasil keputusan tim utama, melainkan ide spontan dari seorang desainer CG yang bersikeras agar momen tersebut masuk ke versi final game. Ia mengenang bahwa mode edit pembuka selalu menjadi ruang kreatif penting dalam seri Dynasty Warriors, tempat para pengembang mengekspresikan ide-ide yang tak selalu mengikuti aturan formal.
Sho juga menanggapi pertanyaan seputar penggunaan warna faksi, di mana elemen visual yang kini menjadi ciri khas seri Dynasty Warriors. Awalnya, tim pengembang tidak berencana memberikan warna khusus bagi tiap faksi. Mereka hanya ingin menetapkan satu warna utama untuk masing-masing karakter. Gagasan untuk membedakan warna berdasarkan faksi justru datang dari Keiko Erikawa, presiden Koei saat itu, yang berpendapat bahwa perbedaan warna akan membantu pemain mengenali karakter dan kelompok mereka dengan cepat.
Sho sempat menolak ide tersebut. Ia mengaku memiliki pandangan kuat, dipengaruhi oleh seri Romance of the Three Kingdoms, bahwa Zhang Fei seharusnya dikaitkan dengan warna merah, bukan hijau seperti yang akhirnya digunakan untuk faksi Shu. Namun seiring waktu, ia mengakui bahwa pendekatan berbasis faksi memang lebih efektif secara desain. “Meski begitu, saya tetap mempertahankan ikat kepala dan pelindung dada Zhang Fei berwarna merah sebagai sentuhan pribadi,” ujarnya.
Lebih jauh, Sho menjelaskan bahwa tiga desain yang diunggah di akun resmi Dynasty Warriors di X sebenarnya berakar pada skema warna dari game pertama dalam seri tersebut. Ia mengimbau penggemar untuk menantikan Dynasty Warriors 3: Complete Edition Remastered agar dapat melihat bagaimana penerapan warna-warna itu direalisasikan dalam versi baru.
Sho menutup rangkaian unggahannya dengan janji akan terus menjawab pertanyaan penggemar dalam beberapa hari ke depan, baik melalui akun resmi Dynasty Warriors maupun akun pribadinya. Dengan cara ini, para penggemar dapat memperoleh pandangan langsung dari sosok yang telah mengawal seri game tersebut selama lebih dari dua puluh tahun, bukan sekadar sebagai produser, melainkan juga sebagai saksi perjalanan panjang Dynasty Warriors dari masa ke masa.

 
		