Strategi Sony untuk mendorong PlayStation masuk ke ranah game live-service menghadapi jalan terjal. Setelah serangkaian penundaan, pembatalan proyek, hingga respons negatif terhadap sejumlah judul, manajemen perusahaan mengakui transformasi tersebut tidak berjalan sesuai rencana.
Chief Financial Officer Sony, Lin Tao, menyatakan strategi live-service yang semula ambisius itu mengalami banyak tantangan. “Transformasi ini tidak sepenuhnya berjalan mulus,” ujar Lin dalam sesi tanya jawab hasil keuangan perusahaan yang dikutip dari laporan TWIV. “Namun, dalam lima tahun terakhir tetap terlihat adanya perubahan.”
Sejak 2022, Sony di bawah kepemimpinan Jim Ryan—yang kini telah mundur—menggagas pergeseran besar dari fokus game naratif pemain tunggal ke game live-service yang terus diperbarui kontennya. Sebanyak 12 judul live-service ditargetkan meluncur hingga 2026, dengan dukungan dari akuisisi studio Bungie senilai US$3,6 miliar dan pembentukan tim pengembang baru.
Namun, beberapa proyek seperti game multiplayer The Last of Us dari Naughty Dog, Twisted Metal, hingga proyek multiplayer Spider-Man dari Insomniac kandas di tengah jalan. Kegagalan peluncuran Concord tahun lalu memicu gelombang pemutusan hubungan kerja dan penutupan sejumlah studio. Proyek lainnya, termasuk yang dikembangkan Bluepoint dan Bend Studio, juga dilaporkan ikut dibatalkan.
Lin menyebut bahwa dari sisi portofolio, PlayStation Studios saat ini memiliki empat game live-service yang memberikan kontribusi stabil: Helldivers 2, MLB The Show, Gran Turismo 7, dan Destiny 2 dari Bungie. Namun, Sony tak menutup mata terhadap masih banyaknya persoalan yang dihadapi. “Kami harus belajar dari kesalahan agar konten live-service berikutnya lebih efisien dan berjalan lancar,” kata Lin.
Salah satu langkah korektif yang disiapkan Sony adalah mengurangi tingkat otonomi Bungie. Sejak diakuisisi, studio asal Amerika Serikat itu kerap dilanda kontroversi, mulai dari dugaan manajemen toksik, plagiarisme, hingga anjloknya moral karyawan. Game andalan mereka, Destiny 2, juga disebut tak lagi mampu memenuhi ekspektasi pasar.
“Ketika kami mengakuisisi Bungie, kami memberikan ruang yang sangat independen,” ujar Lin. “Namun setelah restrukturisasi yang kami umumkan tahun lalu, independensi tersebut mulai dikurangi. Bungie kini mulai beralih menjadi bagian dari PlayStation Studios.”
Proyek terbaru Bungie, Marathon, yang sempat diumumkan sebagai game PvP futuristik, kini ditunda tanpa tenggat pasti setelah menerima sambutan negatif. Meski begitu, Sony masih berharap game tersebut bisa dirilis dalam tahun fiskal ini. “Kami sedang memperbaiki berbagai masalah,” kata Lin. “Kami yakin peluncuran tetap bisa terjadi. Jika dibatalkan, tentu kami harus melakukan penyesuaian nilai investasi.”