Kami di sini dengan berani menyatakan bahwa The Sims bukanlah game simulasi biasa. Game satu ini sebuah fenomena sekaligus inovasi yang terjadi di dalam industri video game. Bahkan, di game ini tak hanya melibatkan kita sebagai pemain, tetapi memperbolehkan kita untuk menjadi “Tuhan”. Meski karakter yang kita buat bisa memiliki berbagai aspirasi dan keinginan, tetap saja kita bisa mengatur hidup mereka sesuai dengan yang kita inginkan.
Sebenarnya, game simulasi ini adalah perpanjangan tangan dari game SimCity pada tahun 1989. Sama seperti SimCity yang memperbolehkan kita untuk menjadi seperti Tuhan, tetapi, The Sims melangkah lebih jauh lagi dengan menyorot kehidupan masing-masing individu.
Dengan ide yang begitu jenius dari sang kreator, Will Wright, The Sims mampu menyuguhkan suatu warisan yang hingga sekarang dapat dirasakan oleh generasi yang lebih muda. Lantas, bagaimana The Sims bisa begitu memesona dan begitu fenomenal? Maka dari itu, mari ikut kami berjalan mundur bagaimana sejarah The Sims.
Jejak Awal Pengembangan The Sims
Awal milenium baru telah hadir. Tahun 2000 adalah tahun yang digadang-gadang sebagai kiamat teknologi bagi sebagian orang. Namun, di tengah hipotesis yang tak pernah terbukti itu, para gamers menyambut sebuah game simulasi yang sangat revolusioner di zamannya, yaitu The Sims. The Sims adalah sebuah karya dari tangan Will yang lahir dari masa terpuruk sang kreator, Will Wright, di mana ia harus membangun hidupnya kembali pasca terbakarnya rumah Will di wilayah Hills Fire.

Berkabung adalah hal yang tak dapat dihindarkan, tetapi kesedihan bisa memantik inspirasi. Dari sinilah tercetusnya eksplorasi akan membangun dan mendesain rumah serta bagaimana membuatnya efisien. Meski sekarang nama The Sims sebagai game begitu besar, proyek ini awalnya adalah semacam passion project milik Will Wright yang tidak dituju untuk diketahui banyak kalangan.
Inspirasi dari game simulasi ini tidak hanya dari upaya kebangkitan Will Wright dari tragedi yang memilukan tersebut, melainkan ada beberapa hal lain. Dalam membangun game simulasi kehidupan yang masih populer ini, Will terinspirasi dari buku berjudul A Pattern Language karya Christoper Alexander, Sara Ishikawa, dan juga Murray Silverstein. Mainan asal Jepang yang bernama Tamagotchi juga menjadi salah satu inspirasi ide dari game life-sim satu ini.

Game ini kerap dianggap sebagai “rumah boneka virtual”. Tentu hal tersebut tanpa alasan, lantaran di dalam The Sims pemain turut terlibat dalam menjalankan kehidupan karakter yang dibuat oleh pemainnya. Namun, eksplorasi kehidupan sang karakter yang kita buat ini begitu luas. Di dalam The Sims, kita tak hanya bisa melakukan hal-hal seperti makan, minum, tidur, dan buang air besar, melainkan juga mengatur ekonomi dan karier karakter-karakter ini.

Besarnya nama The Sims sekarang ternyata tidak diawali dengan mulus. Ide Will Wright yang kita anggap unik sekarang bukanlah hal yang menarik di mata beberapa perusahaan game. Bagi mereka, Ide Will begitu eksperimental dan jauh dari kata komersial. Maxis dan EA melihat bahwa ide yang digagas oleh Will begitu brilian. Dan, akhirnya ia menerima dan mengolah ide tersebut yang akhirnya menjadikan sebuah game bernama The Sims yang dirilis pada tahun 2000.
Keberhasilan Awal The Sims: Merombak Konsep Game Simulasi
Perpaduan antara inovasi dan iklan yang tepat sasaran membuat The Sims sangat sukses di awal peluncurannya. Apalagi sebelumnya nama Will Wright cukup besar berkat seri SimCity yang juga memiliki penggemar yang masif. Rasa penasaran orang tentang The Sims terbayarkan dan sesuai dengan ekspektasi mereka. Bayangan akan bagaimana bisa memainkan salah satu keluarga dari warga sebuah kota di SimCity telah diejawantahkan dengan sangat baik oleh Maxis dan EA.
Game garapan Will Wright ini akhirnya tak hanya menjadi sebuah standar baru game simulasi, melainkan juga sebuah anomali di tengah-tengah gempuran game RTS dan shooter di PC. The Sims juga menawarkan suatu pelarian dari kenyataan yang menyebalkan bagi beberapa orang.
Ketika di luar kamar hidup tidaklah sempurna, di dalam game ini banyak orang yang bisa menata hidupnya dengan lebih rapi. Berkat kustomisasi karakter, mereka bisa menjadi diri mereka di dalam game ini. Berkarier di bidang pekerjaan yang ‘keren’ yang mungkin tidak mereka ambil, menjalin hubungan asmara, dan masih banyak lainnya.
Kesuksesan di seri orisinalnya tidak membuat Will Wright dan tim-nya di Maxis tidak berpuas diri. Untuk melengkapi kekurangan yang ada di The Sims orisinal, Will melanjutkan expansion pack atau sebuah seri yang masih menjadi kelanjutan game orisinalnya di mana pemain tak bisa memainkan seri ini tanpa menginstal game The Sims orisinal.
Expansion pack pertama bernama Livin’ Large yang rilis di tahun yang sama, tepatnya pada 29 Agustus 2000. Banyak objek, pakaian, dan barang baru di expansion pack ini. Alhasil, pemain bisa lebih mengeksplorasi isi rumah mereka. Tak hanya dari barang dan pakaian saja yang ditambahkan, jenjang karir baru bisa ditemukan di sini, di antaranya: jurnalis, musisi, hacker, bahkan paranormal.

Setelah penerimaan yang baik dari gamers, tim Maxis melanjutkan expansion pack selanjutnya yang ingin para pemainnya bisa berpesta di dalam The Sims. Yup, selanjutnya adalah The Sims House Party. Seperti ekspansi sebelumnya, Maxis menambahkan objek, kostum, dan karir baru di seri ekspansi ini. Meski tidak sebaik Livin’ Large, House Party tetap menjadi salah satu ekspansi yang menyenangkan untuk dimainkan.
Setelah berpesta, keintiman suatu hubungan juga aspek penting di dalam kehidupan. The Sims Hot Date mencoba memotret kegiatan kencan antar Sims di seri ekspansi ini. Di seri ini, The Sims mengenalkan fitur berjalan-jalan ke tempat selain rumah. Di sini kamu bisa bertemu dengan lebih banyak orang dan berkencan dengan orang dari beda wilayah. Tempat-tempat seperti restoran, downtown, dan tempat-tempat hiburan bisa menjadi destinasi para Sims di sini.
Dengan fitur jalan-jalan keliling kota dan berkencan, The Sims Hot Date menjadi salah satu seri ekspansi favorit para penggemar Sims. Namun, seri ini masih memberikan destinasi yang terbatas. Melihat celah itu, Maxis melanjutkan lagi dengan The Sims Vacation (atau The Sims On Holiday di beberapa negara seperti Britania Raya, Tiongkok, Irlandia, dan negara Skandinavia).

Ya, seperti namanya, The Sims Vacation mengajak kita untuk berlibur ke tempat-tempat yang beragam. Bisa dikatakan Vacation menawarkan destinasi tempat yang lebih luas dan jauh lebih variatif. Di sini kalian bisa berlibur ke tempat bersalju hingga berkemah.
Tema berlibur ternyata sangat dicintai oleh fans game simulasi dari Maxis ini. Setelahnya, Maxis menghadirkan seri ekspansi dengan tema binatang peliharaan bernama Unleashed. Tema binatang peliharaan ini menimbulkan pro dan kontra bagi pemain game ini. Ada yang tertarik ataupun menganggap seri ekspansi ini tidak begitu perlu.
Setelah menghadirkan binatang peliharaan di dunia Sims, Maxis menghadirkan sebuah ekspansi untuk kita yang memiliki cita-cita terpendam untuk menjadi seniman atau selebritas melalui The Sims Superstar. Di seri ini, Maxis menyediakan satu tempat destinasi bernama Studio Town. Di tempat ini lah kita membangun karier sebagai seniman seperti pemusik atau stand up comedian.
Dan yang terakhir adalah The Sims Makin’ Magic. Meski tema ini terkesan absurd, ternyata Makin’ Magic begitu disukai oleh banyak kalangan. Ekspansi ini menorehkan kesuksesan secara komersial berkat konsep uniknya. Di seri ekspansi ini, Maxis menghadirkan sebuah wilayah dengan atmosfer supranatural bernama Magic Town.
The Sims Online dan Kegagalannya
Kemajuan internet dan maraknya game MMO saling berkaitan satu sama lain. Ramainya pasar MMO di era 2000-an awal, membuat Maxis ingin mencoba peruntungan di ranah ini. Tahun 2002 Maxis merilis The Sims Online. Awalnya, banyak yang antusias dengan game ini, lantaran bisa berinteraksi dengan pemain lain di dunia The Sims. Sayangnya, game ini harus tutup buku di tahun keenamnya.

Banyak yang kecewa dengan The Sims Online karena konten yang terbatas, gameplay yang repetitif, kustomisasi yang kurang, dan yang paling esensial adalah sistem langganan berbayarnya.
Evolusi dan Pengembangan The Sims Dari Generasi ke Generasi
Mekanisme gameplay game simulasi kehidupan ini terus berkembang menjadi semakin kompleks. Pada game pertamanya, meski Maxis terus memberikan ekspansi dengan varian objek, barang, dan konten-konten yang variatif, seri orisinalnya ini tidak terasa seperti berada di kehidupan layaknya manusia pada umumnya. Kita tak bisa menemukan pertumbuhan manusia pada umumnya. Yang ada hanya dari bayi ke anak-anak tanpa pertumbuhan hingga dewasa.
Sadar akan hal itu, Maxis kemudian melakukan lompatan yang sangat signifikan di The Sims 2. Game ini sangatlah definitif di tahun 2004. Grafis 3D sempurna dengan wajah yang lebih ekspresif membuat The Sims 2 sangat menyenangkan untuk dimainkan.

Pertumbuhan Sims juga seperti layaknya pertumbuhan manusia pada umumnya. Di sini Sims bisa bertumbuh dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga menduduki usia senja. Kegiatan yang bisa dilakukan juga lebih mendetail.
Seri kedua tutup buku, tanggung jawab game yang sebelumnya digarap oleh Maxis ini lalu dioper kepada sebuah studio bernama Redwood Shores Studio. The Sims 3 lahir dari studio tersebut dengan nuansa yang baru dan lebih detail.

Kini, sebagai Sims kita bisa berpindah-pindah tempat secara real-time dengan kendaraan ataupun tidak. Hal-hal yang dulu pernah ada di The Sims 2 dilanjutkan dengan duniayang lebih luas. Selain itu, seri ini takkan ditemukan lagi loading screen yang kalian lihat ketika berpindah lokasi.
Grafis di seri ketiga game simulasi kehidupan ini jauh lebih mendetail. Wajah para Sims kini nampak lebih seperti manusia dibandingkan boneka seperti penampakan di seri keduanya. Sama seperti kedua seri lainnya, seri ketiga franchise ini juga menghadirkan berbagai ekspansi.
Selepas seri ketiga, Maxis kembali diminta untuk bertanggung jawab untuk game selanjutnya. The Sims 4 akhirnya lahir di tahun 2014. Seri ini menghadirkan kustomisasi yang lebih kompleks. Dari pembangunan rumah yang lebih banyak variannya hingga bentuk karakter yang bisa kita buat sesuai dengan kemauan kita. Sayangnya, beberapa fitur yang ada di seri sebelumnya dipangkas di seri keempat ini. Namun, seri keempat game simulasi ini tetap memberikan keseruannya sendiri.

Menuju ke Konsol
Sukses di platform PC, Maxis dan EA ingin mencoba peruntungan baru ketika konsol PS2 hadir. Ya, mereka ingin menjajal game garapannya ini ke konsol generasi kedua Sony tersebut. The Sims pertama untuk konsol rilis pada 31 Januari, 2003 di PS2. Ketika, versi PC-nya masih belum sepenuhnya menerapkan visual full 3D, versi PS2 sudah. Inilah yang membuat The Sims versi PS2 berbeda. Versi ini membawa kita ke dunia The Sims yang lebih detail. Selain itu, Maxis, selaku developer, sukses dalam merancang control yang bersahabat dan intuitif dengan gamers konsol.

Lalu, pada Desember di tahun yang sama, Maxis kembali membawa seri The Sims ke konsol dengan nama Bustin’ Out. The Sims 2 saat itu masih belum dirilis, tetapi The Sims Bustin’ Out sudah mengajak kita untuk berjalan-jalan ke downtown dan bertemu dengan orang banyak.
Untuk mengangkat konsep yang lebih urban, Maxis menghadirkan The Urbz: Sims in the City pada tahun 2004. Game ini sedikit berbeda dengan dua game The Sims di konsol PS2. Berbeda dengan The Sims tradisional, The Urbz mengenalkan konsep reputasi dan interaksi sosial. Alhasil, hal yang paling difokuskan pada seri ini adalah status sosial dan pergaulan.
Tak hanya konsol PS2 saja yang disambangi, game simulasi ini juga dapat ditemukan di beberapa handheld seperti Nokia N-Gage dan Nintendo DS.
Pengaruh Budaya dan Dampak Sosial: Menembus Batasan dan Menciptakan Dialog
Sebagai game yang menggabungkan unsur sosial dan simulasi, The Sims telah memiliki dampak budaya yang luas. Dianggap sebagai refleksi kehidupan nyata, game ini memungkinkan pemain untuk mencoba berbagai gaya hidup dan melihat konsekuensi dari pilihan yang mereka buat dalam skala yang lebih kecil. Lewat permainan ini, para pemain dapat bereksperimen dengan kehidupan, membayangkan skenario ideal atau bahkan mencoba hal-hal yang tidak mungkin mereka lakukan di dunia nyata.
The Sims juga membuka ruang diskusi tentang identitas, kehidupan sosial, dan bahkan isu-isu kontroversial seperti hubungan keluarga, pekerjaan, dan gaya hidup. Di kalangan komunitas LGBTQ+, misalnya, The Sims telah menjadi platform yang inklusif, di mana hubungan sesama jenis dapat dijalankan tanpa stigma. Banyak pemain yang merasa bahwa game ini memberi mereka kebebasan untuk mengekspresikan identitas mereka, sehingga menginspirasi perkembangan komunitas yang saling mendukung dan berbagi cerita melalui permainan.
Game ini juga digunakan dalam penelitian sosial dan eksperimen psikologi. Para peneliti dan akademisi memanfaatkan The Sims untuk memahami interaksi sosial, dinamika keluarga, dan dampak keputusan pada kehidupan individu. Dalam beberapa kasus, The Sims bahkan dijadikan media terapi untuk membantu individu memahami dan mengatasi masalah emosional mereka.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, The Sims bukan hanya sekadar game simulasi, tetapi sebuah karya budaya yang terus berinovasi dan memengaruhi cara kita melihat kehidupan dan hubungan sosial. Game ini memberikan ruang bagi pemain untuk berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi aspek kehidupan dalam lingkungan yang aman dan fleksibel.
Bagi kamu yang belum pernah mencoba The Sims, atau bagi penggemar setia yang terus menunggu inovasi terbaru, The Sims tetap menjadi pengalaman yang penuh kebebasan dan kreativitas. Sebagai media yang menghargai ekspresi diri dan eksperimen sosial, The Sims telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk mengeksplorasi kehidupan dalam bentuk yang tidak mungkin mereka alami di dunia nyata.
Ingin tahu lebih banyak tentang game The Sims dan sejarah lengkapnya? Jangan lupa ikuti konten lain Gameformia di YouTube, Instagram, Facebook, dan TikTok untuk update terbaru seputar game favoritmu dan artikel mendalam lainnya!

 
		