Ubisoft kembali menuai kritik setelah pernyataan kontroversialnya soal mikrotransaksi dalam game premium. Dalam laporan keuangan tahunannya yang terbaru, CEO Ubisoft, Yves Guillemot, menyebut bahwa mikrotransaksi dapat membuat pengalaman bermain game menjadi “lebih menyenangkan.” Pernyataan ini dikaitkan dengan fitur yang memungkinkan pemain mempersonalisasi karakter atau mempercepat progres permainan.
Guillemot menegaskan bahwa seluruh mikrotransaksi yang ditawarkan bersifat opsional. Artinya, pemain bisa mengabaikannya jika tidak tertarik. Namun, pernyataan ini tidak serta merta menenangkan pemain yang sudah lama mengeluhkan kehadiran sistem monetisasi tambahan dalam game berbayar.
Fenomena mikrotransaksi memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari industri game, terutama sejak memasuki dekade 2020-an. Data yang dirilis awal tahun ini menunjukkan bahwa 58 persen pendapatan dari game PC sepanjang 2024 berasal dari mikrotransaksi. Judul-judul populer seperti Roblox, Fortnite, hingga Call of Duty: Black Ops 6 tercatat sebagai penyumbang utama pemasukan tersebut.
Namun, berbeda dengan game gratis (free-to-play), Ubisoft kerap menyematkan sistem mikrotransaksi dalam game single-player berbayar mereka. Salah satu contoh yang sempat menimbulkan kontroversi adalah Assassin’s Creed Valhalla, yang menjual peningkatan XP secara terpisah. Banyak pemain merasa praktik ini tidak etis, terutama karena mereka sudah membayar penuh di awal.
Kritik terhadap strategi ini pun terus bermunculan, baik di forum komunitas maupun media sosial. Banyak pemain menilai bahwa praktik semacam ini justru merusak integritas game dan mendorong pengalaman bermain yang timpang, terutama bagi mereka yang memilih tidak membeli konten tambahan.
Di balik polemik yang muncul, mikrotransaksi terbukti sangat menguntungkan secara bisnis. Assassin’s Creed Valhalla, misalnya, berhasil meraup pendapatan lebih dari 1 miliar dolar AS, sebagian besar berkat strategi monetisasi tambahan ini.
Meski menuai kecaman, tampaknya Ubisoft belum berencana mengubah pendekatannya. Beberapa proyek mendatang seperti Prince of Persia: The Sands of Time Remake dan Assassin’s Creed: Codename Hexe diperkirakan akan tetap mengusung elemen mikrotransaksi, baik dalam mode single-player maupun multiplayer.
Laporan keuangan Ubisoft juga menyebutkan bahwa mereka akan membentuk satuan kerja khusus yang menangani strategi monetisasi dan risiko yang ditimbulkan. Langkah ini dinilai sebagai upaya meredam potensi eksodus pemain akibat praktik mikrotransaksi yang dinilai berlebihan.