Mungkin hampir semua sepakat bahwa nama Xenogears tidak sepopuler Final Fantasy. Namun, game tersebut mampu menggebrak industri game dan menjadi fenomena baru di saat itu. Secara kasat mata, game ini nampak seperti game dengan konsep yang sangat familiar di masa game ini rilis, desain karakter bergaya anime dan juga mecha. Di era 80-an hingga 90-an, anime bertema mecha sangat banyak jumlahnya, mulai dari Macross, Gundam, Patlabor, hingga Evangelion.
Hal ini lah yang mungkin mengapa Xenogears bisa mencuri atensi gamers era 90-an. Popularitas RPG yang sedang memuncak ditambah dengan konsep mecha adalah kombinasi yang menarik di masa itu. Kendati demikian, konsep tersebut menjadi sesuatu yang fenomenal ketika diinfusi dengan cerita yang radikal dan juga gelap. Ya, game ini begitu distingtif dan esensial bagi penggemar JRPG.
Bahkan menurut kami pun, kehadiran seri Xenosaga dan Xenoblade takkan bisa menggantikan pesona dari Xenogears. Lantas, bagaimana Xenogears bisa begitu fenomenal? Di artikel ini, kami akan membahas latar belakang bagaimana proses pengembangan Xenogears dan konsep apa yang dibawa oleh game RPG satu ini. Mari simak!
Sejarah Pengembangan Xenogears
Sekitar seperempat abad lalu, seorang game desainer bernama Tetsuya Takahashi bersama dengan tim-nya berhasil menyukseskan Final Fantasy VI dan juga Chrono Trigger. Kesuksesan tersebut, ternyata tidak membuat Takahashi menghentikan untuk menghasilkan ide. Di sinilah, bersama Kaori Tanaka atau dikenal sebagai Soraya Saga, sebuah ide mencuat dari kepala mereka. Mereka tak ingin ide tersebut hangus begitu saja. Dengan demikian, ide tersebut harus mereka manifestasikan ke dalam sebuah game. Game apa yang mereka maksud? Ya, Final Fantasy VII.
Takahashi dan Tanaka (atau dikenal juga sebagai Saori Saga) akhirnya mengajukan ide mereka untuk game yang akhirnya memiliki karakter utama bernama Cloud tersebut. Hasilnya? Ide yang dinamakan sebagai “Project Noah” tersebut tertolak. Pasalnya, ide cerita yang mereka tawarkan terlalu gelap dan kontroversial untuk sebuah game Final Fantasy yang selama ini dikenal memiliki cerita yang lebih ‘ramah’ untuk banyak gamers.
Tak patah arang, akhirnya Takahashi ingin idenya tersebut tetap terejawantahkan ke sebuah game. Di sisi lain, Square juga membebaskan Takahashi untuk tetap menjalankan idenya tersebut. Dengan demikian, Takahashi bersama dengan Soraya Saga dan tim pengembangan produk divisi 3 Squaresoft yang diisi oleh Hiromichi Tanaka sebagai produser, Kunihiko Tanaka sebagai karakter desainer, dan pengarah artistik yang diisi posisinya oleh Yasuyuki Honne. Selain tim dari Squaresoft, dalam pengembangan Xenogears, studio anime bernama Bee Train yang dibantu oleh Shirogumi—untuk urusan CGI—ikut bertanggung jawab dalam penggarapan cutscene game ini.
Ternyata untuk membuat sebuah game yang bisa sefenomenal ini tidak membutuhkan banyak orang. Dengan tim kecil berjumlah sekitar 30 orang, proses pengembangan game ini berjalan selama dua tahun. Di awal perancangannya, Takahashi memiliki visi bahwa Xenogears akan menjadi game full 3D. Sayangnya, PlayStation memiliki keterbatasan hardware. Hasilnya, Xenogears tetap dengan 3D pada bagian latar tempat dan mecha, sedangkan untuk karakter menggunakan teknik 2D.
Sementara untuk semestanya, Takahashi merencanakan game ini sebagai sekuel dari Chrono Trigger. Squaresoft ternyata tidak menyetujui hal tersebut. Ketidaksetujuan dari perusahaan yang menjadi pemegang keputusan tersebut membuat Takahashi merancang semesta baru untuk Xenogears.
Meski dipuja-puja banyak gamers karena membawa konsep yang segar pada masa itu, Xenogears juga mendapat kritikan keras karena banyaknya hal yang terpotong. Ketika dijual di pasaran, game ini terdiri dari dua keping CD. Namun, di CD kedua tidak sepenuhnya berisi gameplay dari game ini, yang ada hanya kumpulan narasi kilas balik dari cerita game ini. Kabarnya, langkah tersebut diakibatkan oleh anggaran yang diperhemat. Namun, Takahashi menjelaskan dengan lebih rinci bahwa timnya masih belum berpengalaman.
Kontroversi dalam proses produksi dan distribusi game ini tidak selesai di situ saja. Game ini ternyata mengalami permasalahan terkait lokalisasi lantaran menggunakan isu agama yang begitu sensitif di Amerika Serikat. Salah satunya adalah boss bernama Deus yang hampir dinamai “Yahweh” yang sangat terkait dengan Yudaisme.
Plot Cerita Xenogears
Cerita Xenogears berfokus pada seorang pemuda yang mengalami amnesia retrograde bernama Fei Fong Wong. Tiga tahun sebelum ia menjadi bagian dari desa Lahan, Fei tak sadarkan diri dan dibawa oleh seseorang lelaki misterius. Di desa itu, ia sangat dekat dengan seorang pemuda bernama Timothy. Timothy sedang mempersiapkan hari-hari pernikahannya dengan Alice di esok harinya. Rasa tegang sekaligus senang berubah menjadi tegang nan mencekam di malam harinya. Segerombolan mesin raksasa yang disebut sebagai Gears entah mengapa mengepung desa tersebut. Desa Lahan yang awalnya adalah tempat yang damai, berganti menjadi sebuah neraka.
Fei bersama temannya seorang dokter desa, Citan Uzuki, mengevakuasi siapa saja yang masih selamat di desa tersebut. Fei pun merasa bahwa ia ingin membantu menyelamatkan desa tersebut dari kepungan gears tersebut. Selang beberapa waktu, Fei melihat gear kosong. Entah mengapa Fei secara sukarela mengendarai gear tersebut. Dengan nekat, Fei melawan gerombolan gear yang telah membuat Lahan porak poranda. Namun, kepungan gears musuh membuat Fei kewalahan. Gears musuh mengeroyoknya dengan berbagai senjata, mulai senjata melee hingga senapan mesin. Tak hanya itu, gerombolan gears tersebut tak pandang bulu akan siapa yang ia lenyapkan. Salah satunya adalah sahabat Fei, Timothy.
Melihat temannya tertembak, Fei semakin geram. Ia berpikir bagaimana cara untuk menghancurkan pasukan gears musuh. Sayangnya, alih-alih bisa menyelamatkan penduduk desa Lahan, dengan kekuatan hebat yang muncul dari gear yang dikendarai Fei, sang protagonis utama juga melenyapkan segala yang ada di desa Lahan. Orang-orang yang tak ikut bersembunyi lenyap bersama rumah-rumah mereka.
Setelah kejadian tersebut Fei tak sadar atas apa yang ia lakukan terhadap orang yang menganggapnya keluarga. Orang-orang yang awalnya menyayanginya dengan sekejap membencinya. Tindakannya tersebut membuat Fei merasa bingung. Ia dihantui oleh rasa bersalah yang begitu dalam.
Ia memilih meninggalkan orang-orang dari desa Lahan yang masih menyintas. Dengan kehampaan tersebut, Fei menginjakkan kaki di sebuah hutan yang tak jauh dari desa yang semalam ia hancurkan. Fei terus berjalan menyusuri hutan yang ia tak sadar tempat tersebut penuh bahaya. Tak lama, dari kejauhan, seorang gadis menodongkan pistolnya ke arah Fei. Fei pun tidak melawan atau pun kabur. Ia terdiam yang menyerahkan tubuhnya agar dirundung peluru dari pistol tersebut. Fei merasa hidupnya tak berarti dan bersedia untuk mati. Trauma yang ia hadapi begitu dalam dan ia hidup di dalam kebingungan.
Gadis tersebut bernama Elly, seorang yang berada di bawah naungan Gebler. Bermula dari sinilah Fei menapaki perjalanannya untuk menemukan siapa identitas dirinya.
Psikoanalisis dan Identitas: Pertarungan Batin Fei Fong Wong
Salah satu tema besar dalam Xenogears adalah pencarian identitas dan pemahaman diri, yang sangat erat kaitannya dengan teori psikoanalisis. Tokoh utama, Fei Fong Wong, adalah contoh karakter yang mengalami pergolakan batin mendalam sepanjang cerita. Fei tidak hanya harus menghadapi konflik eksternal—seperti pertempuran antarnegara dan organisasi rahasia—tetapi juga harus menghadapi trauma psikologis yang membelenggu dirinya.
Di sinilah unsur psikoanalisis mulai terlihat. Sepanjang cerita, Fei menghadapi berbagai aspek dari kepribadian dan alam bawah sadarnya. Dalam teori psikoanalisis Freud, ada tiga komponen utama dari kepribadian manusia, yakni id, ego, dan superego. Fei, melalui berbagai peristiwa dalam game, secara tidak langsung memperlihatkan ketiga aspek ini. Dia bergumul dengan naluri dasarnya (seperti yang direpresentasikan oleh trauma masa lalunya), mencoba mencari keseimbangan antara dorongan emosional dan kebutuhan rasional.
Pengaruh Jungian juga sangat terasa, terutama dalam penggunaan arketipe dan simbolisme dalam cerita. Fei harus menghadapi “bayangannya” — bagian dari dirinya yang ia tolak atau tidak sadari — melalui karakter Id, manifestasi fisik dari trauma dan ketakutan terdalamnya. Konflik antara Fei dan Id tidak hanya menjadi pusat dari narasi, tetapi juga menjadi representasi dari perjuangan batin setiap individu untuk memahami dirinya dan menghadapi sisi gelap dari kepribadian mereka.
Fei juga menjalani apa yang disebut Jung sebagai individuasi — proses di mana seorang individu memadukan aspek-aspek sadar dan tidak sadar dari dirinya untuk menjadi pribadi yang utuh. Sepanjang cerita, Fei menghadapi kebenaran tentang masa lalunya, hubungannya dengan karakter Id, dan penerimaan dirinya sebagai pribadi yang lengkap. Proses ini tidak hanya memperdalam perkembangan karakter Fei, tetapi juga menambah lapisan kompleksitas yang jarang ditemukan dalam narasi video game pada masa itu.
Ketuhanan dan Eksistensialisme: Pencarian Makna di Dunia yang Kacau
Tema ketuhanan dalam Xenogears bukan hanya elemen sekunder, tetapi menjadi inti dari alur cerita keseluruhan. Sepanjang permainan, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dan hubungan manusia dengan entitas ilahi terus muncul. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah bagaimana Xenogears menggambarkan kepercayaan terhadap kekuatan yang lebih besar dan bagaimana kekuatan ini dapat memengaruhi kehidupan manusia.
Fei dan karakter-karakter lain dihadapkan pada entitas yang disebut sebagai “Deus”, sebuah mesin kuno yang dianggap sebagai dewa oleh banyak orang di dunia Xenogears. Namun, alih-alih menjadi sosok ilahi yang penuh kasih, Deus adalah representasi kekuatan destruktif yang dapat menghancurkan dunia. Dalam hal ini, game ini mengeksplorasi konsep Nietzschean tentang “kematian Tuhan” — di mana manusia harus menghadapi kenyataan bahwa Tuhan, atau entitas yang mereka sembah, mungkin tidak ada, atau setidaknya bukan seperti yang mereka bayangkan.
Simbolisme ketuhanan ini juga terhubung dengan tema eksistensialisme yang mendalam. Xenogears menantang pemain untuk merenungkan makna eksistensi dan peran manusia dalam dunia yang penuh kekacauan. Pertanyaan tentang kebebasan, nasib, dan pilihan moral terus diangkat, terutama melalui karakter-karakter utama seperti Fei dan Elly.
Mereka berulang kali dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang memengaruhi nasib mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Apakah manusia benar-benar bebas, atau apakah mereka hanya boneka yang digerakkan oleh kekuatan yang lebih besar?
Bahkan sistem naratif game ini penuh dengan simbolisme religius. Nama-nama karakter dan elemen-elemen cerita sering kali merujuk pada tokoh-tokoh dan konsep dalam berbagai tradisi agama. Misalnya, nama Fei sendiri bisa diinterpretasikan sebagai “terbang” dalam bahasa Mandarin, yang melambangkan pencarian kebebasan dan identitas.
Nama Deus jelas merujuk pada Tuhan dalam bahasa Latin, namun dengan representasi yang lebih ambigu dan destruktif. Semua ini memberikan Xenogears lapisan cerita yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan RPG konvensional.
Karakter Utama: Perjalanan Personal dan Spiritual
- Fei Fong Wong: Protagonis utama yang menderita amnesia dan terlibat dalam konflik besar di dunia. Ia memiliki kepribadian yang terpecah, dengan sisi gelap bernama Id yang mewakili trauma masa lalunya. Fei harus menghadapi Id untuk memahami dan menerima dirinya sepenuhnya.
- Elhaym “Elly” Van Houten: Prajurit dari Solaris yang menjadi sekutu dan kekasih Fei. Elly berjuang antara loyalitasnya kepada militer dan keinginannya untuk perdamaian. Hubungannya dengan Fei melambangkan cinta dan pengorbanan.
- Citan Uzuki (Hyuga Ricdeau): Dokter cerdas dan misterius yang berperan sebagai penasihat Fei. Mantan agen Solaris yang berpindah pihak, Citan berperan strategis dalam pertempuran dan menunjukkan moralitas yang kompleks.
- Bart Fatima: Pemimpin pemberontak yang energik dan impulsif. Dia berjuang untuk merebut kembali takhtanya dari Shakhan. Bart sangat setia pada teman-temannya meskipun kadang bertindak gegabah.
- Billy Lee Black: Pendeta dan pemburu iblis yang bekerja untuk gereja Ethos. Dia memiliki konflik internal terkait ayahnya yang meninggalkannya dan mempertanyakan otoritas gereja ketika kebenaran gelap terungkap.
- Maria Balthasar: Pilot Gear Seibzehn dan putri dari ilmuwan yang diubah oleh Solaris. Maria mengalami trauma karena kehilangan keluarganya, tetapi dia memiliki kekuatan besar dan memainkan peran penting dalam melawan Solaris.
- Rico Banderas: Manusia setengah mutant dari Nortune yang menjadi juara Arena Battling. Rico memiliki dendam terhadap ayahnya dan berjuang untuk diterima di dunia yang menolaknya.
- Id: Manifestasi dari sisi gelap Fei yang mewakili kemarahan dan trauma. Id adalah ancaman besar bagi dunia, dan pertempuran antara Fei dan Id menggambarkan konflik psikologis dalam diri Fei.
Kesimpulan
Xenogears adalah game yang melampaui batas-batas genre RPG dengan menyajikan narasi yang mendalam tentang ketuhanan, psikoanalisis, dan eksistensialisme. Dengan mekanisme gameplay yang kompleks dan cerita yang menggali tema-tema filosofis, game ini memberikan pengalaman yang jarang ditemukan dalam dunia game. Bagi kamu yang mencari RPG dengan cerita penuh makna dan gameplay yang menantang, Xenogears adalah pilihan yang tidak bisa dilewatkan.
Jangan lupa, jika kamu ingin terus mengikuti diskusi menarik tentang game legendaris seperti Xenogears, pastikan kamu mengikuti Gameformia di YouTube, Instagram, X, dan Facebook. Temukan lebih banyak konten menarik yang akan membawamu menyelami dunia game dengan cara yang berbeda!