Hideo Kojima, kreator Death Stranding sekaligus pendiri Kojima Productions, membuka kisah tentang masa mudanya yang jauh dari mulus sebelum masuk ke industri game. Dalam sebuah esai yang ia tulis di An-an Web, Kojima menggambarkan proses pencarian kerja sebagai pengalaman getir yang membuatnya merasa seperti “detektif era Showa yang mencoba memecahkan kasus pembunuhan.”
Kojima menyebut dirinya saat itu hanyalah lulusan universitas kelas dua. Ia kerap mengatakan kepada pewawancara kerja bahwa ia menulis novel, namun justru ditertawakan. Dari satu kesempatan ke kesempatan lain, ia terus melangkah, hingga sepatunya berlubang akibat bolak-balik wawancara tanpa hasil.
Peluang baru muncul ketika ia bertemu dengan seorang direktur HR dari perusahaan peralatan medis. Dalam wawancara itu, Kojima secara jujur menyampaikan bahwa dirinya ingin terjun ke industri kreatif. Tak disangka, sang direktur justru mendorongnya untuk menempuh jalur tersebut—nasihat yang akhirnya mengantarnya bekerja di Konami dan memulai karier panjangnya di dunia game.
Meski begitu, Kojima tetap memandang pahit pengalaman mencari kerja. Ia mengenang, dua tahun setelah resmi bekerja, dirinya justru duduk di balik meja pewawancara, mendengarkan “kebohongan para mahasiswa.” Menurutnya, kebohongan itu bukan hanya datang dari pelamar, tetapi juga dari pewawancara. “Mereka mewakili perusahaan, bukan diri pribadi mereka. Tempat di mana kebohongan bertemu kebohongan,” ujarnya.
Pernyataan Kojima tersebut menyoroti sisi lain dunia kerja, di mana proses rekrutmen sering kali menjadi ruang penuh formalitas dan kepalsuan.